Minggu, 20 Juni 2010

Heaven Knows...who is that

Barangkali cinta…
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.

Catatan tentang buah hatiku


Beberapa hari sebelum kehadiranmu, Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu sebelumnya. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu....nyata....

Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.


Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda, Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.


Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.


Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.


Entah bagaimana aku harus mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.


Sembilan bulan ,...... mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.


Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.


Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk pilihanmu hadir di tengah keluarga mungil ini. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.


Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi.

mengingatmu...sahabatku

Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada

Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,

Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa

Inilah kenangan yang kucuri simpan

Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian

Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan

Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan

Ingatan pertama dan terakhir

Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir

Cinta dan sahabat

Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana

Sisanya fana


Friend is such a creation of endless complicated mystery.. we never know what next hours would bring us. Many dimentions of friend's heart just appear as we never guess it..
friend is someone who stands beside u, not in front of u. . .
if u need somebody to talk to, to share laughter and pain,,
i'm not ready if i die tonight, because tomorrow i can't share my all with my friends. .
share our love with them

sometime they're very inspiring, sometime they give us a thoughtful experience,
sometime they decorate colourfully our life but...
sometime they're just so annoying or even irritating, it depends on our perspective. just put it as comfort as we feel;)