Rabu, 21 Desember 2011

Christmas means a different thing for a different person

“Christmas means a different thing for a different person”.
Natal memiliki makna yang berbeda untuk orang yang berbeda.

2011 ini adalah Natal ke 7 saya melewatkannya di Kupang-NTT. Suasana Kupang – Yogyakarta memang sangat berbeda menjelang Natal. Keriuhan belanja di Yogyakarta akan sangat terasa saat menjelang Lebaran, sedangkan di Kupang, jalan-jalan utama mulai macet pada jam 9 s.d jam 14, kemudian free dan mulai lagi setelah jam 17. Karena toko2 di Kupang akan rehat pada jam 14-17. Hampir sama dengan di Jakarta, Sejak akhir bulan November, lagu-lagu Natal sudah terdengar, baik di hotel, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan. Suasananya memang sangat jauh berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Tapi di Kupang lebih riuh lagi, karena lagu-lagu Natal juga terdengar keras dari dalam bemo(angkutan kota), dan bahkan kios dadakan (penjual kembang api dan petasan yang hanya pakai meja dipinggir jalan), meski hanya kios dadakan, mereka memasang lampu2 disko dan musik dengan speaker besar disamping meja. Semarak natal juga terasa karena hampir disetiap rumah (yang karena kebetulan mayoritas penduduk Kupang adalah Kristiani) ada pohon Natal lengkap dengan hiasan Natal. Orang mulai sibuk berbenah rumah(mengecat rumah, mebel baru sampai gorden dan pot tanaman baru)..
Bagi aktivis Gereja, barangkali Natal berarti melakukan berbagai macam kesibukan, mulai dari menghias Gereja dengan berbagai dekorasi yang indah dan asesoris yang mahal, termasuk menghias pohon terang. Selain itu, ada juga kesibukan paduan suara, latihan drama, latihan menari atau berbagai jenis aktivitas lainnya. Memang, dalam kenyataannya, aktivitas anggota jemaat meningkat tajam selama Desember.
Namun apa artinya semua itu? Menurut pengamatan saya, Natal lebih bernuansa business daripada kerohanian.
Barangkali, untuk seorang anak kecil, Natal berarti hadiah, di mana pada saat Natal, dia selalu mendapatkan barang baru, seperti baju baru, sepatu baru. Tanpa semua itu, rasanya, Natal belum tiba. Hal seperti itu juga yang menjadi pengalaman saya di masa kecil.

Suasana lingkungan ini tidak terlalu berpengaruh pada kami. Sedikit tantangan adalah menjelaskan makna natal yang sebenarnya pada anak-anak kami. Beruntung, anak kami masih balita, jadi kami tidak perlu mengolah kata terlalu banyak untuk menjelaskan terlalu detail. Kami juga membelikan baju baru, sepatu baru, menyediakan makanan kecil yang sedikit berbeda dari biasanya, tapi semua semata karena memang dibutuhkan, bukan karena tibanya Natal. Kami bukan tidak ingin memperbaiki keadaan rumah, menambah mebel baru, mengganti yang rusak…tapi kami rasa ada yang lebih urgen dari semua itu.


Sebuah pertanyaan kritis dapat saja diberikan. Apakah tanpa semua itu, Natal menjadi tidak sah? Apakah orang-orang yang sibuk, bahkan dapat disebut super sibuk selama Natal telah menjamin adanya Natal yang sejati?
Dalam kenyataannya, tidak demikian. Ada cukup banyak orang yang setelah sibuk dengan berbagai kegiatan Natal, selain mengalami kelelahan, tidak mengalami apa-apa. Segera setelah Desember lewat dan memasuki Januari, segala kesibukan tersebut berakhir, simbol-simbol Natal, seperti pohon terang pun tidak lagi terlihat.
Namun apa yang masih sisa? Barangkali, jawabnya bisa sangat menyedihkan. Tidak ada yang tersisa. Hati kosong, tetap kosong dan bahkan semakin kosong. Orang-orang yang berbuat dosa, tetap berbuat dosa! Dalam kondisi demikian, Natal bukan saja menjadi tidak bermakna, tapi bahkan sesat makna.

Dalam kondisi seperti di atas, Gereja dan umat harus terus-menerus waspada agar tidak terjerat kepada kegiatan dan rutinitas semata. Untuk itu, Gereja harus melepaskan diri dari berbagai pengaruh dunia yang negatif. Dengan demikian, kita dapat memahami makna Natal yang sesungguhnya.

Sangat menyedihkan saat kita sudah sibuk dengan segala kelelahan fisik, mental dan bahkan materi sedangkan makna Natal (baik secara pribadi) tidak kita dapatkan. Akan sangat menyedihkan pada saat perayaan Natal berlalu, tersisa keluhan : uang habis tak tersisa untuk belanja, fisik lelah karena terlalu banyak persiapan, terlanjur menggunakan emosi saat berseteru dengan rekan saat melakukan persiapan dengan dalih mau membuat yang terbaik, tidak memiliki waktu lebih banyak berkumpul dengan keluarga, dsb, dsb.

Pastor kesayangan saya pernah berkotbah begini tentang makna Natal :
“Alkitab dengan sangat jelas mewartakan adanya makna Natal yang bersifat objektif, melalui kelahiran Yesus Kristus di hari Natal tersebut, sesuatu hal yang sangat penting terjadi kepada manusia berdosa. Karena Allah sedemikian mengasihi manusia, sehingga Ia telah memberikan AnakNya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dengan perkataan lain, manusia yang seharusnya binasa karena dosa, beroleh pengampunan dan keselamatan yang pasti.”

Sesungguhnya, keselamatan dan hidup kekal tersebut adalah suatu anugerah yang sangat berharga yang tidak mungkin dapat dibeli dengan uang atau dicapai dengan kemampuan manusia. Hidup kekal tersebut, juga tidak dapat diberikan oleh agama dan keyakinan apapun. Namun, sangat disayangkan, sekalipun berita Alkitab tersebut sangat jelas, dalam kenyataannya, banyak orang yang setelah merayakan Natal tetap saja tidak memiliki keyakinan akan pengampuan dosa serta kehidupan yang kekal.
Sebaiknya, kita menunjukkan bahwa sesungguhnya segala kesibukan tersebut di atas keluar sebagai ungkapan syukur karena telah mengalami karyaNya yang sangat ajaib tersebut.
Tidak saja demikian, kehidupan seluruh umat yang telah mengalami keselamatan tersebut, harus terus-menerus diilhami oleh teladan Yesus Kristus yang sedemikian sempurna. Keteladanan Yesus tersebut sangat diperlukan dalam membangun masyarakat dan bangsa yang sedang mengalami berbagai macam krisis kehidupan.

Teladan seperti apa? Teladan Yesus yang hidup mengasihi, memang sangat diperlukan dalam dunia yang penuh kebencian dan persaingan. Teladan Yesus yang rela berkorban dan semangatNya memberi diri bagi kebaikan sesama, merupakan hal lain yang sangat penting dan mendesak untuk kita miliki, khususnya di dalam dunia yang semakin egois dan tidak perduli kepada sesama. Akhirnya, teladan kesederhanaanNya, juga sangat diperlukan dalam zaman yang sangat menonjolkan dan membanggakan kemewahan ini. Di tengah-tengah gaya hidup yang semakin wah dan gemerlapan, ada satu fakta dan realita yang penting untuk direnungkan: Tuhan dan Juru selamat dunia, lahir di dalam palungan.
Satu hal yang ingin saya wariskan sebagai makna Natal pada anak-anak adalah “ Yesus adalah Satu-satunya Pribadi yang dapat memilih tempat kelahiranNya, (dengan kekuasaan dan kemampuanNYa, Yesus dapat memilih tempat lahir yang paling indah sekalipun) tapi Dia memilih lahir di palungan”

Selamat merayakan Natal
Selamat menempuh Hidup baru di tahun baru 2012
Selamat membuat resolusi hidup yang lebih maju
Selamat memaknai Natal dengan caramu….

Kupang, 22 Desember 2011

Kamis, 01 Desember 2011

Penulisan Butir Soal Uraian

Penulisan Butir Soal Uraian


Pengertian Tes Uraian/Esai
Yang dimaksud dengan tes uraian dalam tulisan ini adalah butir coal yang mengandung pertanyaan atau togas yang jawaban atau pengerjaansoal tersebutharus dilakukandengan caramengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal, tetapi hares dipasok oleh peserta tes. Jadi yang terutama membedakan tipe soal objektif dan tipe soal uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternatif jawaban terhadapsoal atau togas yangdiberikan. Butir coal tipe uraian atau dalam bahasa Inggrisnya dinamakan "essay test" hanya terdiri dari pertanyaan atau togas (kadangkadang juga hares disertai dengan beberapa ketentuan dalam menjawab atau mengerjakan soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya hares dipasok oleh peserta tes. Peserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setup peserta tes dapat memilih, menghubungkan, dan menyampaikan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dengan pengertian di atas maka segera akan kelihatan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara objektif.

Kekuatan tes uraian/esai
Soal tipe uraian mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dapat atau sukar diperoleh melalui penggunaan tipe butir coal lain. Kelebihan itu antara lain:
a. Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hash belajar yang kompleks. Pada umumnya hash belajar bersifat kompleks. Tetapi sebagian besar dari hash belajar yang kompleks dapat dirinci menjadi beberapa hash belajar yang lebih sederhana.

Rincian basil belajar yang sederhana itu secara terbatas dapat berdiri sendiri, dan secara bersama-sama beberapa basil belajar sederhana itu akan membentuk basil belajar yang kompleks. Pengukuranhasil belajarYang seperti ini ddakmenuntutpenggunaan tes tipe uraian. Misalnya, bila hash belajaryang akan diukurberupa pemahaman dari suatu prinsip yang kompleks. Pemahaman seperti itu selalu dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang sederhana. Tetapi ada pula beberapa hash belajar lain yang sifatnya kompleks dan bila dirinci menjadi basil belajar yang lebih sederhana dapat kehilangan arti globalnya, sebab hubungan antara komponen hasil belajar yang satu dengan yang lain sangat erat, misalnya basil yang bersifat ekspresif atau kreatif. Hasil belajar yang seperti ini sebaiknya atau seharusnya diukur dengan menggunakan tes tipe uraian.
Norman E. Gronlund (1971, hal. 216) mengidentifikasi basil belajar seperti yang tersebut terakhir ini:
1) kemampuan mengaplikasikan prinsip.
2) kemampuan menginterpretasi hubungan.
3) kemampuan mengenal dan menyatakan inferensi.
4) kemampuan mengenal relevansi dari suatu informasi.
5) kemampuan merumuskan dan mengenal hipotesis.
6) kernampuan merumuskan dan mengenal kesimpulan yang
sahib.
7) kemampuanmengidentifikasi asumsi yang mendasarkan suatu kesimpulan.
8) kemampuan mengenal keterbatasan data.
9) kemampuan mengenal dan menyatakan masalah. 10) kemampuan mendesain prosedur eksperimen.

Kebaikan ini adalah yang paling menonjol dalam penggunaan tipe tes uraian. Tidaklah dengan sendirinya tes tipe uraian menghasilkan pengukuran basil belajar yang kompleks. Masih sangat tergantung kepada kemampuan dosen untuk mengkonstruksi butir soal uraian. Bahkan kita tidak jarang menemui adanya butir soal uraian yang menanyakan hal yang sederhana, yang sebenamya jauh lebih efektif bila dites dengan menggunakan butir soal objektif.
b. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber infonnasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi bush pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya. Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara teratur dan taatasas, maka kemampuan tidak dapat terlihat dengan baik. Bahkan sebaliknya kemampuan itu akan kelihaian dengan jelas dari susunan kalimat, dan kemampuan menyusun paragraf yang baik.
c. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes yang lain. Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mahasiswa amok mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara penuh. Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mullah. Karma itu amok menjawab tes uraian dengan baik peserta tes akan benisaha menguasai bahan yang diperkirakannya akan diujikandalam tes secaratuntas. Karena keseluruhan bahan sangat luas dan tidak mungkin dapat dikuasai dengan baik selunihnya, makabiasanya peserta tes terpaksa menebak bagian bahan yang diperkirakan akan keluar dalam soal ujian.
d. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan down amok menyusun butirsoal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama, jumlah butir coal tidak perlu banyak, dan kedua, down tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar. Kelebihan ini terutama yang acapkali mendorong down amok menggunakan bentuk butir soal ini. Jadi motifnya tidak terlalu sehat. Apa lagi bila kemudahan menyusun budrsoalbentukuraianitudipedakukansecarakurangbertanggung jawab, atau karma desakan pekerjaan rangkap lainnya.
e. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakan kebaikan, sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan sangat mendorong mahasiswa dan down untuk belajar dan mengajar menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian diharapkan kemampuan peserta didik dalam menyatakan pikiran secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan ini dapat menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan tidak reliabel. Karena tekanan yang berlebihan pads aspek kemampuan menulis itu, akan menjadi penghalang bagi peserta didik yang memang tidak mempunyai kemampuan dalam bidang itu, walaupun si peserta didik tersebut menguasai bahan yang diujikan. Selain itu, tidak semua ilmu dan pengetahuan yang diajarkan di sekolah menuntut adanya kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tertulis.


Kelemahan tes uraian/esai
Tes uraian juga mengandung kelemahan yang serius. Beberapa kelemahan pokok tersebut adalah:
a. Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali. Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986, ha1.129) mengidentifikasi adanya tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes uraian. Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam soal tes. Karena sifat jawaban tes uraian menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak mungkin perangkat tes uraian terdiri dari butir soal yang banyak jumlahnya sehingga mewakili seluruh bahan yang akan diujikan. Hal ini berarti bahwa pokok bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Jadi tidak mungkin mewakili seluruh bahan secara baik dalam liputan bahan tes. Kedua, Batas-Batas tugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawabanantarpeserta tes tetap saja akan besar. Keragaman itu tidak hanya terjadi antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari, di mana pada umumnya saat itu peserta tes masih segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes itu diujikan sore harinya. Dan ketiga, penyebab rendahnya reliabilitas tes itu adalah subyektivitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda pula skor yang diperoleh peserta tes. Bahkan orang yang sama memeriksa tes yang sama pads waktu yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Untukmenyelesaikan tes uraian dengan baik dosen dan mahasiswa harusmenyediakanwaktucukupbanyak. Waktumahasiswahanislah cukup banyak ketika mengerjakan tes. Sedangkan dosen hams menyediakan waktu yang banyak untuk memeriksa. Bila kedua waktu ini tidak dapat diadakan, maka sebaiknya tes uraian tidak digunakan, karena tes uraian yang tidak diperiksa dengan teliti tidak dapat menjadi slat ukur pendidikan yang efektif.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes yang kurang menguasai bahan yang diujikan acapkali jugs mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak befiarga inipun hares dibaca oleh dosen dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara temilis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar antar mahasiswa. Padahal hanya hasilbelajaryangtertentu sajalahyangharusdikomunikasikan dalam bentuk tertulis. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah lake atau sikap, bukan dalam bentuk pemyataan tertulis.

Penggunaan tes uraian/esai
• Bila jumlah mahasiswa atau peserta ujian terbatas maka soal uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi dosen untuk dapat memeriksa/menskor hasil ujian tersebut secara baik. Bila peserta ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari seratus (100) orang, maka akan menyita waktu dosen terlalu banyak, sehingga penggunaan soal uraian menjadi tidak efisien lagi.
• Bila waktu yang dipunyai dosen untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan is mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka soal uraian dapat digunakan. Secara relatif, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonstruksi butir soal uraian tidak terlalu banyak.
• Bila tujuan instniksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes uraian.
• Bila dosen ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis-secara langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat. Soal uraian dapat digunakan untuk memperoleh informasi tidak langsung tersebut, tetapi hares digunakan dengan sangat hati-hati oleh dosen.
• Bila dosen ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswanya, maka tes tipe uraian merupakan salah sate bentuk yang paling cocok untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.


Klasifikasi Tes Uraian/Esai
Tes tipe uraian secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian bebas (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Pembedaan kedua jenis tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang diberikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya.

a. Tes uraian bebas (Extended response).
Dalam soal tes uraian bebas hampir-hampir tidak ada pembatasan terhadappesertates dalam memberikan jawabannya. Pesertates memiliki kebebasan yang leas sekali untuk mengorganisasikan dan mengekspresilcanpikirandangagasannyadalammenjawabsoaltersebut. Jadi dengan demikian jawaban mahasiswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak terstruktur. Contoh butir coal uraian bebas:
Uraikanlah peranan pemuda dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1928. Dalam uraian Anda hendaknya terdapat contoh-contoh organisasi pemuda yang aia pada masa itu beserta para pemimpinnya. Uraian Anda hendaknya tidak melebihi 2 halaman.

Untuk dapat menjawab butir soal ini dengan baik, maka peserta tes haius memiliki kemampuan mengingat faktahistoris sekitarperjuangan kemerdekaan kemudian memilih fakta yang terpenting di antara semua fakta yang akan mendukung argumentasi jawabannya. Setelah itu is harus mengorganisasikan dalam pikirannya fakta dan menyusunnya dalam suatu uraian yang logis dan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh orang lain. Dengan kata lain dalam menjawab tes uraian bebas, seorang peserta ujian hares mulai dengan pengetahuan yang bersifat faktual, kemudian mengevaluasi fakta yang dimilikinya, mengorganisasikan fakta pilihannya itu ke dalam suatu susunan yang logis, dan akhirnya menyajikannya dalam suatu uraian naratif yang dapatdimengertioranglain. Kalaupunadabatasanhanyalahpanjangnya uraian yang ditentukan oleh pembuat butir soal. Pembatasan seperti itu sangat diperlukan sehingga is dapat memperkirakan waktu yang hares disediakannya untuk memeriksa jawaban pesecta ujian. Peserta ujian sepenuhnya diberi kebebasan untuk menjawab menurut gaga bahasa dan gaya kognitifnya masing-masing. Dengan demikian maka jelaslah keterampilan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam menjawab soal ujian tipe ini. Butir soal jenis ini baik digunakan untuk mengukurhasil belajar pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tes Uraian Terbatas (Restricted Response)
Dalam menjawab tes uraian terbatas, peserta tes lebih dibatasi oleh berbagai rambu-rambu yang ditentukan dalam budr soal. Keterbatasan itu mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi soal tes uraian terbatas ini hares menentukan batas jawaban yang dikehendaki. Batas itu meliputi konteks jawaban yang diinginkan, jumlah befit jawaban yang diharapkan, keluasan uraian jawaban, arch dan leas jawaban yang diminta. Misalnya:

GBHN menentukan bahwa ada delapan jalur pemerataan pembangunan. Sebutkanlah kedelapan jalur pemerataan pembangunan tersebut secara berurutan. Pilihlah salah satu jalur pemerataan yang Anda kuasai, definisikan artinya dan berilah tiga contoh pelaksanaannya dalam bidang ekonomi. Uraian Anda diharapkan tidak lebih dari satu halaman.

Untuk menjawab butir soal ini peserta tes jauh lebih terikat bila dibandingkan dengan contoh terdahulu. Dalam coal tes uraian jenis ini peserta tes tidak dapat memilih dengan bebas penyajiannya. Ia harus mengikuti instruksi butir soal untuk menjawab. Tetapi peserta tes tetap mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya menurut pola kognitifnya sendiri> dan jugaia mempunyai kebebasanmengekspresikan jawaban dalam gayanya sendiri. Karma bentuk jawaban yang dituntut, butir soal jenis uraian terbatas sebaiknya digunakan untuk mengukur hash belajar tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis.
Tes uraian dapat pula diklasifikasi dalam kategori yang lain seperti yang dilakukan oleh W.S. Monroe dan R.E. Carter (1923) yang membedakan 20 jenis butir soal tes uraian, yaitu butir soal yang:

1) bersifat ingatan yang terpilih.
Misalnya: Sebutkanlah tiga cars mencegah erosi di lahan kritis.

2) bersifat ingatan evaluatif.
Misalnya: Sebutkanlah nama dua tokoh yang paling besar peranannya dalam pembaharuan Islam di Indonesia dalam abad keduapuluh.

3) membandingkan dua hat terbatas:
Misalnya: Bardingkanlah taktik dan strategi perjuangan mencapai kemerdekaan antara Ir. Soekamo dan Drs. Moh. Hatta.

4) membandingkan dua hal secara umum:
Misalnya: Bandingkanlah binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dengan binatang buas.
5) mengambil keputusan, baik dalam arti menentang ataumendukung sesuatu.
Misalnya: Apakah sebaiknya hukuman mati diterapkan dalam negara yang berdasarkan Pancasila? Berikan alasan pendapat Anda.

6) menguraikan sebab akibat.
Misalnya: Apakah sebabnya tumbuhtumbuhan yang selalu terlindung dari sinar matahari kelihatan kuius dan kemudian mati?

7) menjelaskanpenggunaanataupengerbiansuatufrasaataupernyataan dalam suatu karangan.
Misalnya: Definisikan arti frasa "makan had" dalam kalimat
berikut ini. "Ibu tea itu selalu makan hati melihat
kelakuan anaknya".

8) meringkas suatu karangan yang telah dibaca.
Misalnya: Uraikanlah secara singkat siklus air (tidak lebih d~ri 100 kata).

9) menganalisis.
Misalnya: Dalam setiap perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda pada masa perjuangan mempertahan kemerkedaan Indonesia, Belanda selalu mengusulkan agar Indonesia berbentuknegara serikat. Alasan-alasan politis apakah yang mendasari usul Belanda tersebut?

10) menyatakan hubungan.
Misalnya: Apakah sebabnya rumah hares mempunyai ventilasi yang cukup?

11) memberi ilustrasi atau contoh.
Misalnya: Berilah dua contoh tindakan manusia yang menyebabkan terganggunya kesaimbangan alam.
12) mengklasiflkasi (biasanya kebalikan dari nomor 11)
Misalnya: Masuk golongan apakah binatang berikut ini? Sapi, kerbau, kambing, kijang, rusa, jerapah. Beri alasan.

13) menerapkan prinsip atau aturan ke dalam suatu situasi bane.
Misalnya: Andaikan ada sebuah balon diisi dengan gas ringan, kemudian dilepaskan dalam sebuah kamar. Balon tersebutmengambang diantaralantai danlangit-langit. Bila kemudian gas dalam baton tersebut dipanaskan
apakah yang akan terjadi?

14) membahas sesuatu:
Misalnya: Bahaslah hubungan antara panjang tangkai suatu pendulum dengan jangka waktu berayunnya.

15) menyatakan maksud atau tujuan:
Misalnya: Tulislah interpretasi Anda secara singkat apa maksud pengarang sajak "Aku" menyatakanbahwa"Aku ingin hidup seribu tahun lagi"?

16) mengeritik secara tepat, teipercaya, dan relevan.
Misalnya: Coba tulis kritik atau pertahankan pendapat yang menyatakan bahwa semua bakteri berbahaya bagi kesehatan manusia.

17) membuat garis besar.
Misalnya: Tulislah secara garis besamya cara amok menghitung hargasatuan suhu dari skala Celsiuske skala Fahrenheit.

18) mengorganisasi ulang (reorganisasi) fakta.
Misalnya: Telusurilah kembali perkembangan bahasa Indonesia dari bahasa Melayu sehingga menjadi bahasa negara dan bahasa pengantar di Nusantara.

19) menimuskanpermasalahanataupertanyaandaribeberapakenyataan atau asumsi yang ditegakkan terlebih dahulu.
Misalnya: Dalam keadaanyangbiasa (normal) tumbuh-tumbuhan yang bare ditanam akan tumbuh dengan pucuk mengarah ke atas dan akar mengarah ke bawah. Dapatkah Anda jelaskan bila keadaan tersebut tidak berlaku? Tuliskan persyaratan yang hares dipenuhi

20) menyatakan metoda atau prosedur baru.
Misalnya: Kenyataan menunjukkan bahwa laju peningkatan penduduk di Indonesia masih berkisar antara 1,5% sampai dengan 2,0% untuk masa 25 tahun mendatang, dan laju pertumbuhan ekonomi kits akan berkisar antara 2% sampai dengan 5%. Rumuskanlah tiga masalah pokok yang akan timbal pada awal abad ke 21 yang akan datang di Indonesia.

Ada beberapa ragam tes uraian terbatas, antara lain ragam tes melengkapi dan ragam tes jawaban singkat.

1) Butir Soal Tipe Jawaban Melengkapi

Yang dimaksud dengan bath coal melengkapi adalah bath soal yangmeminta atau memerintahpeserta untukmelengkapi suatu kalimat dengan sate frasa, sate angka atau sate formula.
a) Kekuatan dan Keterbatasan
Butir soal tipe jawaban melengkapi banyak digunakan dalam tes matematik untuk pendidikan dasar, tenitama pada butirsoal yang hanya membutuhkan operasi sederhana, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, dan mengali angka sate atau dua digit tanpa angka pecahan. Tipe bath soal ini juga baik digunakan untuk menguji kemampuan mengingat fakta dan prinsip yang sederhana. Selain itu tipe bath soal ini juga dapat digunakan untuk menguji kemampuan pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti pemahaman, aplikasi, bahkan evaluasi, asalkan dikonstruksi secara hati-hati.

Kekuatan utama butir soal tipe melengkapi ini adalah mudah dikonstruksi. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikonstniksi sejumlahbutirsoal. Dengandemikianbutirsoal tipe ini dapatmembantu dosen yang hares mempersiapkan butir soal dalam waktu yang singkat, tanpa mengorbankan mute butir soal. Penggunaan tipe butir soal melengkapi ini akan mampu menguji sebagian besar pokok bahasan dalam waktu yang relatif singkat.
Butir soal tipe jawaban melengkapi ini tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan utamanya adalah tidak dapat menguji semua tingkat kemampuan hasil belajar. Karena sifatnya yang membatasi jawaban pada sate kata, frasa, angka atau formula maka tidak mungkin tes seperti itu mampu mengukur kemampuan mengekspresikan pikiran atau memformulasi pendapat secara tepat. Butir soal tape ini terlalu menekankan pada kemampuan mengingat, sehinggahasil tes tidak akan menggambarkankeseluruhankemampuan hasil belajar.

b) Beberapa petunjuk penulisan butir soal tipe jawaban melengkapi
Untuk memperoleh butir soal tipe jawaban melengkapi yang baik,
maka beberapa petunjuk berikut ini diharapkan akan membantu:
(1) Konsultasilah butir soal yang mengukur hasil belajar yang penting saja. Hasil belajar yang remeh (trivial) tidak perlu diujikan. Misalnya:
Lemah Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia enam tahun di kecamatan ini tahun lalu adalah ...
Lebih baik Di Kecamatan ini jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia lima tahun dalam dua tahun terakhir adalah... untuk setiap seribu penduduk.

(2) Konstruksilah butir soal yang mengandung permasalahan yang bersifat spesifik. Butir soal itu haruslah menjamin bahwa hanya peserta tes yang menguasai isi pelajaran yang dapat menjawab soal itu dengan baik. Misalnya:
Lemah Daun tembakau mengandung ...
Lebih baik : Bahan yang berbahaya bagi kesehatan yang terdapat dalam dawn tembakau adalah ...

(3) Konstruksilah butir soal yang menghaniskan peserta memberi jawaban yang secara faktual benar. Misalnya:
Lemah Orang merokok akan ...
Lebih baik : Kebiasaan merokok akan menyebabkan penyakit ...

(4) Konstruksilah butir soal dengan menggunakan bahasa yang jelas, dan tidak mengandung arti yang mendua. Misalnya:
Lemah Ibu kota Kuwait yang diduduki Irak adalah ...
Lebih baik : lbu kota Kuwait adalah ...

(5) Bila yang ditanyakan menyangkut angka atau jumlah dari satu satuan tertentu, maka sebaiknya nyatakan satuan tersebut dalam soal. Misalnya:
Lemah Seorang anak umur 12 tahun sebaiknya setiap hari minum susu ...
Lebih baik : Seorang anak umur 12 tahun sebaiknya setiap hari minuet susu mumi .., gelas.

(6). Setiap butir soal sebaiknya hanya berisi satu jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta tes. Misalnya:
Lemah Suatu propinsi dibagi menjadi beberapa ..., yang selanjutnya dibagi lagi menjadi beberapa ..., dan kemudian dibagi lagi menjadi beberapa ..., dan akhirnya unit terkecil disebut ... .
Lebih baik : Propinsi Jawa B arat dibagi menjadi ... kabupaten dan
kota madya

a). Kekuatan dan Keterbatasan

Butir coal tipe jawaban singkat ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah dikonstruksi. Hal ini terutama disebabkan oleh butir soal ini hanya akan mengukur hash belajar yang sederhana, yaitu yang bersifat ingatan. Hanya balk digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah untuk bidang Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kekuatan lainnya butir soal tipe ini ialah mengharuskan peserta tes menulis jawabannya, bukan memilih jawaban yang telah tersedia. Dengan demikian maka akan dapat meminimalkan kemungkinan menebak.
Ada dua keterbatasan utama butir soal tipe jawaban singkat ini, yaitu tidak dapat mengukur hash belajar yang kompleks dan sulit dinilai. Karena sifatnya yang sederhana, maka butir soal tape ini hanya menghasilkan respons singkat yang sederhana. Respons singkat yang seperti itu tidak memungkinkan untuk mengukur hash belajar yang lebih kompleks. Kebanyakan hanya terbatas pada hash belajar yang bersifat ingatan, dan paling tinggi hanya bersifat pemahaman. Untuk matematika atau IPA masih mungkin untuk mengukur kemampuan penerapan (aplikasi). Di atas kemampuan itu sudah tidak mungkin lagi diukurdengan butirsoal tipe ini. Berkenaan dengan kesederhanaannya itu maka acapkali menimbulkan keterbatasan kedua, yaitu sulit dinilai. Hanya butir soal yang dikonstruksi secara hati-hati yang tidak menimbulkan masalah ini. Misalnya:

Berapakah jumlah propinsi di Indonesia?

Jawaban terhadap pertanyaan ini masih mungkin sekali beragam. Jawabannya mungkin saja berkisar antara 8 (delapan) sampai dengan 27 (dua puluh tujuh), tergantung pada waktunya . Pada tahun 1945 , Indonesia terdiri dari 8 propinsi, sedangkan sekarang negara kits terdiri dari 27 propinsi. Mungkin dalam beberapa tahun yang akan datang men jadi 29 propinsi, . bila Irian Jaya telah diperluas menjadi tiga propinsi. Jadi soal yang seperti itu sebaiknya lebih disempumakan menjadi:
Berapakah jumlah propinsi di Indonesia pada tahun 1990?

Soal terakhir ini tidak menimbulkan kesulitan dalam penskorannya. Penulisan soal seperti ini memang menuntut kehati-hatian dari dosen, karena biasanya dosen sutra mengasumsikan saja bahwa peserta tes mengetahui apa yang dimaksudkan oleh dosen, sehingga merasa tidak perlu dituliskan dalam soal. Inilah letak kelemahannya.

b). Klasifikasi butir soal jawaban singkat
Secara umum ada dua variasi butirsoal tipe jawaban singkat, yaitu: (1) yang menggunakan bentuk pertanyaan, dan (2) yang menggunakan bentuk asosiasi. Contoh yang menggunakan bentuk pertanyaan artalah:

Siapakah pendiri kerajaan Majapahit?
Apakah kota suci umat Islam yang terpenting?
x + 2 = 4. Berapa x?
Bagaimanakah formula asam sulfat?

Contoh yang menggunakan bentuk asosiasi adalah: Apakah nama ibu kota propinsi berikut?

Irian Jaya
Aceh
Timor Timur
Bengkulu

c). Beberapa petunjuk konstruksi butir soal tipe jawaban singkat
Berikut ini beberapa petunjuk untuk menulis butir soal jawaban singkat, yang disertai contoh sederhana.
(1) Pergunakanlah kata-kata yang menuntut jawaban yang singkat
dan tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu frasa, sebuah
angka, atau sebuah simbol. Misalnya:

Lemah : Disebut apakah binatang pemakan binatang lain dan tumbuh-tumbuhan?

Lebih baik : Termasuk klasifikasi apakah binatang pemakan binatang lain dan tumbuh-tumbuhan?

(2) Jangan menggunakan kalimat yang langsung diambil dari buku atau dari catatan. Penggunaan kalimat yang langsung diambil dari buku atau catatan cenderung mendorong peserta didik akan menghafal mad, tanpa berusaha memahami apa yang dipelajarinya. Untuk menghindari kelemahan itu maka sebaiknya bahan ajaran yang diambil dari buku tersebut disusun kembali dalam kalimat yang mudah dipahami oleh mahasiswa.

(3) Jangan sampai pertanyaan yang diajukan menjadi tes bahasa, sedangkan maksudnya untuk menguji mated pelajaran lain. Misal:
Lemah : Apakahistilahyangdigunakanuntukmenyatakan kedatangan Columbus ke Benua Amerika tahun 1492?
Lebih baik : Sipakah yang menemukan benua Amerika tahun 1492?
(4) Untuk menanyakan istilah atau defmisi sebaiknya digunakan kalimat tanya secara langsung. Kalimat lain yang mendahului kalimat tanya, yang dimaksudkan untuk menjelaskan pertanyaan, acapkali mengakibatkan pertanyaanmenjadi kabur. Misalnya:
Lemah : Setiap mahasiswa hares mentaati peraturan sekolah. Ketaatan kepada aturan sekolahitu dalam P4 apa namanya?

Lebih baik : Sikapyangmenganjurkanmemeliharakebersihan kelas sesuai dengan Sila keberapa dari Pancasila?

Kamis, 03 November 2011

Berserah Diri Bukan Pasrah


Di Zaman yang serba sulit dimana permasalahan hidup semakin rumit dan komplek terkadang tidak sedikit sebagian dari kita putus asa dan cenderung pasrah kepada nasib yang sedang menimpa, meskipun kita semua tahu bahwa tidak ada masalah serius yang tidak ada jalan keluarnya kalau kita mau berusaha, tapi kebanyakan orang kurang sabar dan terburu-buru ingin segera keluar dari permasalahan hidup yang sedang terjadi akibatnya mengambil jalan pintas yang berakibat fatal dengan tidak tercapainya tujuan atau malah cenderung pasrah pada nasib.

Kata Berserah diri dan pasrah kalau dilihat hampir mempunyai kemiripan akan tetapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda, sikap berserah diri adalah sebuah sikap yang menyerahkan segala sesuatu kepada sang pencipta setelah seseorang melakukan perjuangan atau berusaha secara maksimal karena sadar sebagai hamba tidak pernah akan bisa menentukan hasil dari aktifitas pekerjaannya hasil yang menentukan adalah Sang pencipta, tetapi tidak lepas dari kerja keras manusia. Sedangkan pasrah adalah sebuah sikap atau perbuatan dengan balutan putus asa sehingga ada kecenderungan berserah total pada apa yang akan dia terima tanpa berusaha memperjuangkannya.

Sebagai Manusia kita bebas memilih dari kedua sikap tersebut tapi alangkah baiknya kalau kita menjatuhkan pilihan kita kepada sikap berserah diri bukan pasrah, sekali lagi tidak ada Masalah yang berat yang tidak ada jalan keluarnya ketika kita mau berusaha dan bekerja keras untuk menyelesaikannya

Rabu, 13 Juli 2011

Keterampilan Dasar Komputer untuk anak

Komputer dan teknologi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita melihat mereka di tenaga kerja, di rumah, dan di sekolah-sekolah. Seorang anak akan mulai belajar keterampilan komputer ketika mereka mulai sekolah . Ada keterampilan penting anak-anak perlu diajarkan ketika mereka mulai menggunakan komputer. Dasar-dasar ini mengajar anak-anak cara mengoperasikan dan menggunakan komputer dengan benar.
Komponen Komputer
Sebelum mulai mengajar anak-anak cara menggunakan komputer, mereka harus terlebih dahulu mempelajari komponen dari sebuah komputer. Hal ini termasuk mouse, keyboard, dan monitor. Mengajar anak-anak bagaimana mengubah komputer dan monitor on dan off memastikan bahwa mereka benar merawat komputer. Ketika mengajar anak-anak tentang mouse, penting untuk mengajarkan mereka bagaimana untuk double klik sehingga begitu mereka belajar bagaimana menggunakan komputer, mereka memahami bagaimana cara untuk membuka program.
Terminologi yang tepat
Ketika seorang anak mulai untuk mendapatkan dasar-dasar komputer, penting untuk mengajarkan mereka terminologi yang benar. Yang penting mereka belajar istilah yang tepat untuk komponen komputer dan penggunaan komputer. Hal ini memastikan ketika anak-anak belajar keterampilan komputer yang lebih maju, mereka sudah akan memiliki pemahaman terminologi komputer.
KeterampilanKeyboarding
Pengajaran keterampilan keyboard mungkin lebih sulit jika anak masih sangat muda, tapi sangat penting untuk menunjukkan penempatan tangan yang benar pada keyboard. Jika anak-anak diajarkan penempatan tangan yang benar dari awal, mereka tidak akan perlu kembali diajarkan cara yang benar setelah mereka mulai bersekolah. Jika tangan anak Anda kecil, Anda dapat berinvestasi di keyboard berukuran anak-anak yang lebih cocok bagi mereka untuk belajar di.
Software, Program, dan Permainan Pengajaran
Mengajar anak Anda bagaimana benar menggunakan perangkat lunak sangat penting. software Loading benar akan mengajarkan anak-anak bagaimana tidak merusak cakram atau disc drive. Mengajar anak-anak bagaimana menggunakan program komputer akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang bagaimana melakukan hal-hal seperti jenis dalam program pengolah kata.
World Wide Web
Mengajar anak-anak cara mengakses World Wide Web membawa mereka ke banyak informasi. Untuk mulai mengajar anak-anak tentang World Wide Web, mulai dengan mengajar mereka tentang browser. Belajar bagaimana membuka browser, bagaimana benar mengetik alamat web, dan bagaimana untuk mencari item di web sangat penting untuk menggunakan World Wide Web. Untuk memastikan keamanan anak-anak di web, dana pastinya beberapa komputer harus dalam status savety for kids.

Filosofi Hidup Jawa

1. URIP IKU URUP
Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita
2. MEMAYU HAYUNING BAWANA, AMBRASTA DUR HANGKARA
Harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak
3. SURA DIRA JAYA JAYANINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar
kemarahan dan kebencian akan lebur dengan kelembutan
kemarahan identik dengan kekerasan, kebencian identik dengan pertentangan, gabungan keduanya menimbulkan perpecahan, permusuhan, pertikaian, perebutan, penghancuran dan lain-lain.
kelembutan identik dengan kedamaian, pertemanan, persahabatan dan ketenangan.
dengan kelembutan, maka perasaan marah, benci akan terkikis. pertikaian terhapus menjadi persahabatan, pertentangan menjadi ketenangan dan permusuhan menjadi kedamaian.
4. NGLURUK TANPA BALA, MENANG TANPA NGASORAKE, SEKTI TANPA AJI-AJI, SUGIH TANPA BANDHA
Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan/mempermalukan, Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan, Kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi
5. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu
6. AJA GUMUNAN, AJA GETUNAN, AJA KAGETAN, AJA ALEMAN
Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut dengan sesuatu, Jangan kolokan atau manja
7. AJA KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN
Janganlah terobsesi atau terkungkung dengan kedudukan, materi dan kepuasan duniawi
8. AJA KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, AJA CIDRA MUNDAK CILAKA
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka
9. AJA MILIK BARANG KANG MELOK, AJA MANGRO MUNDAK KENDHO
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah dan jangan berfikir gamang/plin-plan agar tidak kendor niat dan kendor semangat
10. AJA ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNA
Jangan sok kuasa, sok besar/kaya, sok sakti

Minggu, 26 Juni 2011

Understanding Literature

More than two thousand years ago, the Roman poet Horace claimed that literature is "sweet" and "useful." Since then, literature has been traditionally understood, at least in Western cultures, as having the dual purpose of entertaining and educating its audience. Literary texts are constructed in effect as objects of beauty, sources of pleasure and as conveyors of messages and information. While authors often claim no practical purpose for their works, all literature constitutes an attempt at persuasively conveying certain values and ideas. The entertaining and beautiful aspect of literary works acts in reality as part of the appeal and attractiveness which the work tries to attach to the ideas which it seeks to convey. The beauty of literature is therefore a part of its rhetoric, a device intended to strengthen the overall persuasiveness and influence of the work on its audience. While the entertaining aspect of literature may be rather obvious, understanding the ideas or values which a text advances is not always a simple task. Part of the problem is the fact that the ideas of a literary text are almost always presented in indirect or "symbolic" form. Take for example the following very simple narrative:
The Dog and the Piece of Meat
A dog carrying a piece of meat in his mouth was crossing a river when he suddenly saw his own reflection in the water. Mistaking the image for another dog, he dropped his meat and jumped to the attack. His piece of meat fell in the water and was carried away by the current. And so the dog lost both what he had and what he didn't have.
In itself an amusing story, we know nevertheless that one of the purposes of this fable of Aesop--a Greek storyteller of the 6th century B.C.--is to teach a point about the dangers of greed and the importance of being happy with what we have. Although those points are not literally or explicitly made in the story, they are embedded in its symbolism. In this story, the animal and his actions are not to be taken literally but instead are to be understood as symbolic representations of certain kinds of human character and behavior. An important guide in literary study is the idea that one must always strive to go beyond the literal or the mere appearances of things and search instead for the "meat" of the story. Unlike the dog of Aesop's fable, we should not allow ourselves to be fooled by false appearances. In the reading you will do in this course, you will be engaging in a constant search for the ideas and values which, although often not explicitly mentioned in the texts, constitute the substance of literary works.
The fact that literary texts very much seek to convey a message to their audience does not mean that their authors are always fully aware of or even interested in that function of their work. Authors in effect often craft their works in very practical and almost automatic ways and do not bother asking or answering questions as to their significance. What seems most important to authors is to create a pleasing or beautiful object which somehow closely conforms to and expresses the features of an otherwise undefined inward impulse. Many authors in fact are quite hostile toward the interpretation of their works and refuse to have anything to do with it. Samuel Beckett is quoted as having said, "it's bad enough to have to write these books without talking about them too." To begin to understand this odd relation of literature to its authors, we may recall its analogy, noted by Sigmund Freud, to the relation between dreams and dreamers. Just as dreams often convey meaning and information to the dreamer in puzzling symbolic images, literature may be said to function in a similar way. The author of a literary text can be compared to a dreamer transcribing his dreams into written language. But just as a dreamer is often unaware of the meaning of his/her own dreams, writers too cannot always explain what it is that their writings mean. The writing of literature is many times an almost unconscious performance which allows for the half-veiled expression of ideas and concepts which transcend the conscious mental life or avowed intentions of authors. Dealing frequently with highly charged, emotionally loaded, dangerous, or threatening ideas and desires, dreams and literary texts constitute ways of giving 'safe' (i.e. unclear, ambiguous, and concealed) and also powerful and influential expression to materials which, for a variety of reasons, cannot or should not be fully brought into consciousness or verbal expression. Therefore, the opinions and ideas of an author about his/her own work are not necessarily the most reliable guides toward a meaningful interpretation of a text. Like a psychoanalyst and his patient, an intelligent and attentive reader may be able to understand a text better than the very person who wrote it.
Given that literature attempts to promote certain ideas, values, or ideologies, one might inquire as to their precise nature and content. All literary works are produced by specific human beings belonging to specific cultures at given historical times and occupying very definite positions within the structures and hierarchies of their societies. Not surprisingly, the ideas and values which literary works seek to promote are influenced by the history, culture and circumstances relevant to the individuals who produce them. Rather than a disinterested or idealistic endeavor, literature is a very worldly and very practical sort of activity aimed at the promotion and dissemination of cultural values and views of the world which are tightly connected to the interests of the author and of the dominant and other powers in her/his society. It should be noted of course that the relation of the author to the powers, institutions, and systems of belief of his/her time can be one of affinity, opposition, or even ambiguity. For these reasons, an understanding of literature and of particular literary texts depends not only on the isolated reading of certain individual works and the consideration of their authors's lives and their circumstances but also upon a solid knowledge and critical examination of the human history, language, and culture (including art, music, philosophy, religion, science, politics, etc.) of which literature forms part and which it represents. The study of literature is therefore an eminently interdisciplinary endeavor through which we attempt to make sense of the human experience throughout history and of the ways in which human beings represent that experience and come to an understanding of themselves and of the world around them.
An important feature of literary texts which distinguishes them from other kinds of persuasive discourse is the fact that they operate not through direct statement and explicit revelation of their contents but instead through indirect allusion, understatement, implication, and even concealment. Literary texts in effect often veil the 'truth' which they seek to convey in an attempt at enhancing its attractiveness and endowing it with a sense of mystery and transcendental value. Literature, much like modern advertisement, is often an attempt at persuasion which operates on subliminal levels and artfully instills its message by concealing it under a cover of fictional situations and devices affecting the audience on emotional, intuitive, experiential, and instinctive levels. A given story for example may seek to promote a particular view of the world not by flatly stating it but instead by constructing a set of emotionally charged and seemingly "realistic" situations leading to the almost unavoidable, but always unstated, conclusion of the story's intended moral. Literary texts thus convey meaning to their readers in ways which go far beyond the mere literal or "surface" level of signification. Indeed, literary texts distinguish themselves from other texts by the subtleties and intricacies of their many levels of meaning and by the common fact that the actual "meaning" of the text is almost always hidden and implicit in the fabric of the work's devices. Meaning in literature is therefore something that needs to be determined not merely on the basis of a face-value understanding of the words in it but through a complete evaluation of the signifying complexity of the rhetoric, figures of speech, images, symbols, allusions, connotations, suggestions, and implications of the entire text.
Given its tendency to speak about its subject indirectly, the essential mode of communication of literature may be said to be a symbolic one. A symbol may be defined in general terms as a signifier of a complex nature which always places its most important referent outside of itself. For the purposes of conveying meaning, literary texts make use of a variety of special signifying devices--known in general as figures or tropes--such as symbols, allegories, metaphors, metonymies, similes, paradoxes, ironies, etc. Although each literary device has a name and a definition, it is not so important to know what they are called so much as to understand that, in general, symbolic figures make indirect references and create semi-invisible chains of association between different sets of images, concepts, and ideas. The associative logic that governs the behavior of those chains of meaning, however, is not always fixed or consistent and often varies widely from text to text and even within a single text. A sensitive and alert reading of a particular text is therefore of paramount importance in discovering the internally-defined logic of association relevant to that text and its parts.
While the logic of association of literary texts is unstable and variable, it is almost always grounded on binary systems of distinctions and polar oppositions defined either by literary convention and/or internally within the text. Given a set of basic symbolic oppositions, connections created by symbolic figures in a text are generally governed by similarities to and differences from the basic binary parameters. Being able to perceive similarities and differences between groups of images, words, and ideas in a text is therefore the first step toward the discovery of its underlying categories and structures of symbols and ideas. Take for example a story where a cruel monster is described as having the appearance of a mountain lion and where later we find a seemingly virtuous man also compared to a mountain lion. We can begin to perceive that, although they may seem very different, the text also wants us in a way to place the man and the monster in the same category and perhaps understand that the man is also, in some mysterious sense, a cruel monster. Such a story could in a very subtle way be implying a critical comment concerning the character of its hero or even the virtues cherished in the society in which the hero lives. Often indeed under the façade of an unbelievable tale of monsters and adventures lies hidden the architecture of an entire set of values and a complex system of thought and ideas.

Jumat, 24 Juni 2011

FOR THE LIFE YOU WANT

although stressful, but many people just love to work
Such people feel valued in their work. while working, they have friends, social life as well. workplace people feel more valued and have the ability, consequently neglected family. more and more women feel guilt and stress because of spending too much time to work, but they are hesitant to reduce their working hours.
trend in the 21st century, people expect to do anything more.
Secret deal with is: balance, peace and quiet away even though the conditions forced us to hurry. easy to say, but so difficult to implement
Rest part of our brain that sealu worrying everything
Life is full of problems, but all the pressures and failures that we face comes from the old wounds or worries about the future of our own.
Rather than surrender to fate, we must begin to realize that every minute of life should be enjoyed and celebrated.

UNTUK KEHIDUPAN YANG KAMU INGINKAN
walaupun menimbulkan stres, tapi banyak orang justru senang bekerja
orang-orang semacam itu merasa dihargai dalam pekerjaan mereka. saat bekerja, mereka memiliki teman-teman, juga kehidupan sosial. ditempat kerja orang merasa lebih dihargai dan memiliki kemampuan, akibatnya keluarga terabaikan. semakin banyak wanita merasa bersalah dan stress karena menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bekerja, namun mereka ragu untuk mengurangi jam kerja mereka.
kecenderungan di abad 21 ini, orang berharap melakukan segala sesuatu lebih banyak.
Rahasia mengatasinya adalah : keseimbangan, ketenangan dan kedamaian diri meski kondisi memaksa kita untuk tergesa-gesa. mudah diucapkan, tapi begitu sulit melaksanakannya
Istirahatkan bagian dari otak kita yang sealu mengkhawatirkan segala sesuatu
Hidup memang penuh dengan masalah, namun semua tekanan dan kegagalan yang kita hadapi berasal dari luka lama atau kekawatiran kita sendiri akan masa depan.
Dari pada menyerah pada nasib, kita harus mulai menyadari bahwa setiap menit dalam hidup harus dinikmati dan dirayakan.

PERILAKU MENYIMPANG REMAJA

Teori patologi sosial :
Tidak ada keadaan atau perilaku yang betul-betul normal secara ideal, tetapi yang ada keadaan antara normal dan abnormal, oleh karena itu perilaku menyimpang memiliki rentang yang cukup luas.

A. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG

Perilaku menyimpang : bilamana perilaku seseorang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai dan norma, baik norma agama, hukum maupun adat istiadat.

Andi Mappiare 91982) :
Perilaku menyimpang disebut juga tingkah laku bermasalah.
Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan fisik dan psikis, dan atau selama tidak merugikan dirinya sendiri da masyarakat.

Medinus dan Johnson (1976)
Perilaku agresif tidak selalu merugikan, mis : seorang anak agresif justru berhasil dalam kompetisi dan gigih dalam berusaha.

Hurlock (1990)
Remaja yang kematangannya terlambat dan sering diperlakukan seperti anak-anak dapat menimbulkan perilaku menyimpang seperti melawan, tidak patuh, merusak , dsb.

Bill S Reksadjaya, 1981
 Pandangan aliran Behaviorisme
Perilaku menyimpang terjadi bila:
• Seorang gagal menemukan cara-cara penyelesaian yang cocok untuk perilakunya
• Seseorang belajar tentang cara-cara penyesuaian yang salah (molodaptive dan ineffective)
• Seseorang dihadapkan pada konflik-konflik yang tidak mampu diatasinya.

Untuk mengatasinya : gunakan prinsip belajar, yaitu memberi penguatan terhadap kondisi perilaku positif untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan , mis : memberi pujian

 Pandangan Humanisme
Perilaku menyimpang disebabkan oleh :
• Seseorang belajar mengenai sikap penyesuaian yang salah
• Seseorang menggunakan cara-cara mekanisme pertahanan diri (defense mecanism) secara berlebihan

Slavin (1976)
Remaja pada umumnya mengalami gangguan emosional dan ini dapat menimpbulkan perilaku menyimpang (deliquency), seperti : penyalahgunaan napza, penyimpangan seksual, dsb



Moslow dan Mittelman (dalam Kartini-Kartono, 1985)
Ciri-ciri pribadi normal dan mental yang sehat adalah:
a. Memiliki perasaan aman
b. Mempunyai spontanitas dan emosionalitas yang tepat
c. Mampu menilai dirinya secara objektid dan positif
d. Mempunyai kontak dengan suatu realitas secara baik
e. Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat serta memiliki kemampuan-kemampuan untuk memenuhi pemanfaatannya
f. Mempunyai pemahaman diri yang baik
g. Mempunyai tujuan hidup yang jelas
h. Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya
i. Ada kesanggupan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kelompok dimana saja ia berada
j. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan kebudayaannya
k. Ada intgrasi dalam kepribadiannya

B. WUJUD PERILAKU MENYIMPANG

Gunarsa (1986) perilaku menyimpang dibedakan dalam 2 jenis :
1. Penyimpangan bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam Undang-undang (tidak termasuk pelanggaran hukum), mis : membolos, kabur dari rumah, membaca buku porno,pakaian tidak pantas, miras, dsb
2. Penyimpangan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum (kenalakan remaja / deliquency), mis : judi, membunuh, memperkosa, mencuri, dsb.

Perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja :
1. Suka bolos sekolah
2. Tidak suka bergaul
3. Berbihing
4. Suka berkelahi/mengganggu teman
5. Suka merusak fasilitas
6. Sering mencuri barang orang lain
7. Suka mencari perhatian
8. Ugal-ugalan/kebut2an di jalan
9. Kecanduan narkotika dan narkoba
10. Minum miras
11. Pemerkosaan dan sex bebas
12. Melakukan perjudian
13. Melakukan pemerasan
14. Suka melawan
15. Berpikir aru bersifat dan berperilaku radikal/ekstrim

C. KEADAAN/KONDISI REMAJA YANG POTEENSIAL MENGALAMI PERILAKU MENYIMPANG
Gejala perilaku menyimpang :
1. Remaja tsb tidak disukai teman-temannya (jadi suka menyendiri)
2. Remaja yang menghindarkan diri dari tanggung jawab baik di rumah/disekolah
3. Remaja sering mengeluh (tidak bisa mengatasi masalahnya)
4. Remaja suka berbohong
5. Remaja sering mengganggu dan menyakiti teman/org lain
6. Remaja tidak suka dengan guru/mata pelajarannya

D. FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA PERILAKU MENYIMPANG

Study Symond (dikutip oleh Moh Suryo 1985) :
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang sering bertengkar ternyata lebih banyak mengalami masalah.

Study Lewin
90% anak-anak yang bersifat jujur itu berasal dari keluarga yang keadaannya stabil dan harmonis. 75% anak-anak pemohong berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home)

Secara garis besar factor-faktor penyebab terjadinya tingkah laku menyimpang dapat berasal dari :

• Keadaan individu yang bersangkutan
 Potensi kecerdasannya rendah,sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan.Akibatnya ia sering frrustasi,mengalami konflik batin dan rendah diri
 Mempuyai masalah yang tidak terpecahkan
 Belajar cara penyesuaian diri yang salah
 Pengaruh dari lingkungan
 Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

• Dari luar individu yang bersangkutan

 Lingkungan Keluarga
1. Suasana kehidupan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman(Keluarga broken home)
2. Kontrol dari orang tua yang rendah,yang menyebabkan
3. berkurangnya disiplin dalam kehidupan keluarga.
4. Orang tua yang bersikap otoriter
5. Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
Kehadirannya dalam keluarga tidak diinginkan,sehingga orang tua tidak menyayanginya.

• Lingkungan Sekolah
1. Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah disbanding kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan
2. Longgarnya disiplin sekolah menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada.
3. Anak-anak sering tidak belajar karena guru sering tidak masuk,sehingga perilaku anak tidak terkontrol
4. Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan perkembangan remaja
5. Sarana dan prasarana sekolah kurang memadai,akibatnya aktivitas anak jadi terbatas.

• Lingkungan Masyarakat
1. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan anak atau mancegah pelanggaran tata tertib sekolah
2. Media cetak dan media elektronik yang beredar secara bebas yang sebenarnya belum layak buat remaja,misalnya berupa gambar porno,buku cerita cabul.
3. Adanya contoh/model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan remaja, misalnya main judi, minuman keras dan pelacuran



E. USAHA PENANGGULANGANNYA

Usaha penanggulangan perilaku menyimpang dapat bersifat pencegahan (peventif), pengentasan(currative), pembentulan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative).

a. Usaha yang dilakukan oleh keluarga
• Menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka di antara anggota keluarga, anak mereka, lebih kerasan di rumah dari pada keluyuran di luar rumah.
• Orang tua jangan terlalu menuntut secara berlebihan kepada anak untuk berprestasi atau memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bilamana tidak sesuai dengan kemampuan/potensi yang dimiliki anak.
• membantu mengatasi berbagai kesulitan yang dialami remaja.

b. Usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah

• Menegakkan disiplin sekolah
• Membantu masalah yang dialami oleh siswa sebagaimana diketahui bahwa salah satu sumber terjadinya perilaku menyimpang yaitu siswa menghadapi masalah. Yang tidak terpecahkan.
• Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana belajar
• sekolah perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

c. Usaha masyarakat dalam menangulangi perilaku menyimpang
• Secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada anak yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlangsung, misalnya nongkrong di warung.
• Melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan tindakan menyimpang.
• Ikut menjaga ketertiban sekolah, dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik.

Kamis, 23 Juni 2011

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA

A. PENGERTIAN KONSEP DIRI

• William James, dalam Gilmore, 1974 :
Konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau pemahaman seseorang tentang baik yang menyangkut kemampuan mental maupun fisik. Prestasi mental maupun fisik ataupun menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat material.
• Gege dan Besliner (dalam Atmater, 1987) :
Konsep diri adalah keseluruhan (totalitas) dari penerapan yang dimiliki seorang terhadap dirinya, sikap tentang dirinya dan keseluruhan gambaran diri.
• Epstein ( 1973), Brim (1975), Blyith dan Treger (1991) :
konsep diri : pendapat atau perasaan atas gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik maupun psikis (sosial, emosi, moral dan prognitif)

1. Konsep diri yang menyangkut materi yaitu pendapat seseorang tentang segala sesuatu yang dimilikinya baik yang menyangkut harta benda maupun bentuk tubuhnya
2. Konsep diri yang menyangkut sosial yaitu perasaan orang tentang kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain.
3. Konsep diri yang menyangkut emosi, yaitu pendapat seseorang bahwa dia sabar, bahagia, senang atau gembira, berani dsb.
4. Konsep diri menyangkut moral, adalah pandangan seseorang ttg dirinya bahwa dia jujur, bersih, penyayang dan taat beragama. Konsep diri yang menyangkut kognitif : pendapat seseorang ttg kecerdasan baik dalam memecahkan masalah maupun prestasi akademik.

B. JENIS-JENIS KONSEP DIRI

Hurlock (1974) membagi konsep diri menjadi 4 bagian :

1. Konsep diri dasar
Meliputi persepsi mengenai : penampilan, kemampuan, peran status dalam kehidupan, nilai-nilai, kepercayaan (serta aspirasinya).
2. Konsep diri sementara
Konsep diri yang dapat hilang apabila di sikon dan tempat berbeda, konsep diri yang timbul dari interaksi lingkungan, dipengaruhi suasana hati, emosi dan pengalaman baru
3. Konsep diri sosial
Konsep diri berdasarkan cara seseorang mempercayai persepsi orang lain tentang dirinya. Misalnya masyarakat mengatakan dia nakal, maka onsep dirinya akan seperti itu.
4. Konsep diri ideal
Konsep diri yang terbentuk dari persepsi seseorang dan keyakinannya oleh apa yang kelak terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Berhubungan dengan keadaan fisik dan psikologinya.

Strang (1970), 4 konsep dasar tentang konsep diri :

1. Konsep diri menyangkut pemahaman seseorang ttg kemampuan, peranan dan penghargaan terhadap diri sendiri
2. Konsep diri itu tidak tetap, tetapi bisa berubah dari waktu ke waktu atau dari pengalaman ke pengalaman
3. Konsep diri sosial (social self concer) : pendapat seseorang ttg bagaimana orang lain memandang dirinya
4. Konsep diri ideal dan konsep diri realita.
Konsep diri ideal : konsep diri seseorang seperti yang diharapkan
Konsep diri realita : konsep diri yang benar-benar sesuai dengan kemampuand an segala sesuatu yang kenyataannya memang dimiliki seseorang

McCandles (1972), ada 3 komponen konsep diri yaitu komponen struktur, komponen fungsi, dan komponen kualitas

 Komponen struktur
Konsep diri yang kaku/fleksibel, sederhana/kompleks. Luas /sempit, akurat/tidak akurat.

 Komponen fungsi
Konsep diri memiliki sejumlah fungsi,yaitu :

• fungsi penilaian
konsep diri memberi gambaran tentang diri sendiri yang telah diwarnai oleh penilaian orang yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri. (baik/buruk, mampu/tdk, benar/salah, dsb)
• fungsi pengarahan/kontrol
konsep diri menjadi pengarah dalam bertingkah laku, baik bertingkah laku terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain (mis: seseorang menganggap dirinya penyayang, maka dia akan menyayangi orang)
• fungsi aktualisasi diri
konsep diri dapat mendorong untuk mengaktualisasikan dirinya, sebagaimana orang itu memandang dirinya. (merasa diri seorang kreatif, maka dia akan terdorng untuk menampilkan dirinya sebagai seorang kreatif.)
• fungsi motivasi
konsep diri yang memotivasi dirinya seperti orang itu memandang dirinya ( mis: seseorang memahami dirinya sebagai seorang berprestasi dalam bidang akademis, maka dia akan belajar dn berusaha keras dan membuktikan bahwa dirinya berprestasi)

C. FUNGSI KONSEP DIRI

Felker D (1974) tiga fungsi utama konsep diri :

1. Konsep diri sebagai pemeliharaan konsistensi internal (self concept as maintainer of inner consistency)
• Individu memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya.

2. Konsep diri sebagai interpretasi dari pengalaman (self concept as on interpretation of experience)
 konsep diri dpt digunakan sebagai penentu tingkah laku , dapat dilihat dari bagaimana pengalaman yang dialami dan diinterpretasikan individu.


3. Konsep diri sebagai suatu kumpulan harapan-harapan (self concept as set of expextations)
• Konsep diri menentukan apa yang diharapkan individu untuk terjadi pada dirinya. Individu memandang diri dengan harga yang ia tentukan sendiri dan mengharap orang lain jg memperlakukan dirinya sesuai dengan apa yang ia harapkan.

D. KONSEP DIRI REMAJA YANG SEHAT

Laurel dan Klatell, 1991) :
Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental, dan bahkan perkembangan kepribadian remaja.
Untuk membina konsep diri yang sehat (positif), remaja perlu memiliki penilaian diri sendiri (self esteem)

Candles (1972)
Remaja yang memiliki penilaian diri sendiri tepat menampakkan kehidupan bahagia, karena dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya (memiliki pandangan positif ttg dirinya)

Mc Candles, Konsep diri remaja yang sehat :

1. Tepat dan Sama
Konsep diri remaja itu tepat dan sama dengan kenyataan yang ada pada diri remaja itu sendiri. Contoh : seorang remaja laki-laki mampu memerankan dirinya, baik dalam penampilan maupun dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai pria maskulin.

2. Fleksibel
Konsep diri yang sehat ditandai oleh kefleksibelan atau keluawesan remaja dalam menjalankan perannya di masyarakat. Contoh : seorang remaja dapat memainkan perannya sebagai siswa di sekolah dengan konsentrasi belajar, mengerjakan tugas, kerjasama dalam diskusi, disiplin, dsb. Dan dapat memerankan perannya dirumah sebagai anak dan kakak dengan menjaga adiknya, membantu orang tuanya, dsb

3. Kontrol diri
Remaja dengan konsep diri sehat, mampu mengontrol dirinya sendiri sesuai standar bertingkah laku yang telah menjadi miliknya sendiri, bukan diatur oleh keharusan-keharusan orang lain.

E. KONSEP DIRI DAN KARIR REMAJA

Remaja dengan konsep diri yang sehat memiliki aspirasi yang tinggi tentang jabatan yang ingin dicapainya. Mereka ingin memiliki karir dan tuntutan kemampuan yang tinggi. Mereka inginkan status sosial yang tinggi, penghasilan tinggi dan penuh tantangan.

F. KONSEP DIRI DAN PRESTASI SEKOLAH

Morison dan Thomson (1973) dan Lecky (dalam Nylor, 1972) Pendapat mereka mengenai hubungan konsep diri dengan prestasi di sekolah :
1. Siswa yang memiliki konsep diri positif menampilkan prestasi yang baik di sekolah, menunjukkan hubungan pribadi (baik dengan guruteman) yang positif. Mereka menentukan targer prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun.
2. Penting diciptakan situasi sekolah yang mengembangkan konsep diri positif siswa, yaitu memungkinkan mereka mendapatkan pengharagaan, sokongan dan pengakuan dari guru dan teman mereka. Sangat penting bagi guru mengusahakan agar semua siswa sukses dan menghindari kegagalan dalam mencapai prestasi di sekolah dalam rangka mengembangkan konsep diri positif siswa.

Kougehnet (1979) para siswa kelas terbuka (open classroom) cenderung memiliki konsep diri lebih tinggi dari pada siswa dari sekolah tradisional. Open classroom tdk belajar di kelas yang sangat diatur oleh guru, tapi berlajar berkelompok, observasi, wawancara, diskusi, percobaan dan berbagai proyek belajar bersama lainnya.

Dun dan Schemat (1964), Caplin (1969) dan Quinby (1967) :
Siswa yang berprestasi di bawah potensi intelektual yang sebenarnya (underachiever) dan siswa yang berprestasi diatas potensi intelektualnya berbeda konsep diri mereka. Overachiever memiliki konsep diri yang lebih tinggi daripada underachiever.

Tingkah laku guru yang dapat mengembangkan konsep diri positif siswa adalah sebagai berikut :
1. Guru yang suka memberikan penguatan Ireinforcement) dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan siswa memperoleh penguatan
2. Guru yang suka memberikan sokongan/dukungan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa tersokong atau disetujui
3. Guru yang selalu berpikir positif tentang siswa
4. Guru yang menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang sukses yaitu belajar dengan siswa aktif
5. Guru yang menghargai usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil usaha siswa. Para guru yang berusaha mengembangkan bakat dan ketrampilan pada siswa. Sehingga mereka merasa berguna dan berarti.

G. KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL

Pengaruh konsep diri dengan penyesuaian sosial siswa :
1. Siswa yang memiliki konsep diri tinggi menampakkan hubungan sosial yang lebih baik daripada siswa yang memiliki konsep diri rendah
2. Individu siswa yang memiliki konsep diri rendah lebih mudah terserang kritikan atau penolakan daripada siswa yang memiliki konsep diri tinggi
3. Individu siswa dengan konsep diri tinggi mudah dan sukses dalam melibatkan diri dalam berbagai aktivitas sosial, misalnya dalam membina hubungan sosial heteroseksual dan dalam perkawinan.
4. Individu siswa dengan konsep diri tinggi merupakan siswa populer dan dalam kegiatan kelompok mereka sangat berhasil, karena berani berpendapat, memiliki ide dan tidak takut dikritik.

H. KONSEP DIRI DAN KENALAKAN REMAJA

Remaja nakal menghayati diri mereka seperti kata orang lain yang mengatakan mereka nakal, malas, tidak sopan, masa bodoh, dsb. Akibatnya mereka berpendapat bahwa mereka tidak diinginkan oleh orang lain. Jika mereka dihukum, dipenjara, dan dihina maka justru akan memperburuk konsep diri mereka. Cara tepat adalah dengan memberi kesempatan memperoleh penerimaan, sokongan dan penghargaan.

1. Merubah konsep diri
Lingkungan keluarga dan sekolah berperan besar dalam merubah konsep diri siswa karena lingkungan sosial ini mempunyai interaksi yang khas dan berpengaruh yang mendalam terhadap pemahaman siswa tentang dirinya.

2. Lingkungan keluarga
Situasi sosial-emosional yang hangat dalam keluarga, menunjukkan aspek positif dari remaja, meredam kelemahan dan memberikan kesempatan menyatakan diri (ide/karya) dan memberi penghargaan. Remaja yang mampu mengekspresikan diri yang berorientasi onternal lebih meudah mengikuti standar bertingkahlaku moral, sehingga mereka dikontrol oleh diri mereka sendiri dalam bertingkahlaku.

3. Lingkungan sekolah
Sekolah dapat mengembangkan konsep diri yang positif dengan para guru menyikapi siswa dengan :
1. Memberikan penguatan Ireinforcement) dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan siswa memperoleh penguatan
2. Memberikan sokongan/dukungan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa tersokong atau disetujui
3. Selalu berpikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa
4. Menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang sukses yaitu beljaar dengan siswa aktif
5. Menghargai usaha siswa melebihi hasil bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil usaha mereka
6. Berusaha mengembangkan bakat dan ketrampilan para siswa sehingga mereka merasa berguna dan berarti.
7. Suka menyokong dan menghargai bukan mencela dan menyalahkan
8. Tidak suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai berbagai konsep yang diajarkannya
9. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat , bukan mengkritik, mencela atau menghukum
10. Lingkungan sekolah membuat program-program penampilan fisik yang lebih menarik untuk remaja pria dan wanita.
11. Lingkungan sekolah yang menimbulkan perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan berbagai cara
12. Berpikir positif dalam menilai penampilan fisik dan psikis siswa
13. Lingkungan sekolah yang melakukan terapi psikologis, yaitu membicarakan secara rasional perasaan mereka tentang diri mereka sendiri dan menghancurkan irrasional beieve mereka tentang diri mereka sendiri.

Rabu, 22 Juni 2011

TRY OUT PPD

TRY OUT PPD
1. Perkelahian antar remaja ada kaitannya dengan konsep diri, bagaimana kaitan antara konsep diri dan perkelahian remaja?
2. Bagaimana usaha pendidikan utuk membentuk konsep diri remaja yang sehat
3. Uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang bagi para remaja?
4. usaha apa saja yang dilakukan untuk menanggulangi terjadinya perilaku menyimpang oleh pihak sekolah, keluarga dan masyarakat

1. KAITAN KONSEP DIRI DENGAN PERKELAHIAN REMAJA

Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat.

perkelahian pelajar sebenarnya bersumber pada kegagalan mengelola hasil kolaborasi antara kecenderungan agresivitas remaja dengan lingkungan, orangtua, dan konsep diri. Remaja yang tidak merasa dihargai, tidak dipahami, dan tidak diterima seperti apa adanya oleh orangtua di rumah juga akan cenderung untuk lari dari situasi riil. Dalam kondisi ini remaja yang secara psikologis mudah goyah dalam pendirian akan mudah terangsang untuk berperilaku menyimpang.
Konsep diri remaja juga sangat menentukan. Remaja yang mempunyai konsep diri positif, cenderung bersikap optimistis dan percaya diri. Sebaliknya, remaja yang mempunyai konsep diri negatif akan bersikap rendah diri, pesimistis, minder, dan menarik diri dari lingkungan atau komunitasnya.

Konsep diri memiliki beberapa indikator yaitu dimensi pengetahuan diri, harapan pada diri, dan evaluasi pada diri.
Secara teori, agresivitas remaja akan mengarah ke tingkat destruktif bila kualitas lingkungan, kualitas hubungan orangtua, dan konsep diri semuanya negatif.

2. USAHA PENDIDIKAN UNTUK MEMBENTUK KONSEP DIRI REMAJA YANG SEHAT

pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
guru memegang peranan kunci dalam aktivitas kelas, dan karenanya kesadaran guru terhadap pentingnya pembentukan konsep diri akan menentukan seberapa jauh pembentukan konsep diri dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas belajar mengajar.
Bagaimanakah aktivitas belajar mengajar dapat menjadi media pembentukan konsep diri? aktivitas kelas yang memungkinkan komunikasi dan partisipasi guru – siswa dan siswa – siswa secara lebih aktif, akan membantu siswa menjadi individu yang terbuka dan menerima diri sendiri dengan lebih baik sehingga memacu pembentukan konsep diri positif, menjadi individu yang lebih mampu “mendengar”, merasakan, menghormati, dan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dengan yang lain.

program pengembangan konsep diri anak dilakukan pada basis yang berbeda, dari mulai kelas, sekolah sampai wilayah. pembentukan konsep diri di dalam kelas dilakukan dengan memberikan tugas berbasis kelompok dan berorientasi kepada pengembangan kemampuan siswa, serta penggunaan umpan balik terhadap kemajuan pembelajaran siswa, dan mengupayakan partisipasi aktif dan komunikasi yang terbuka antara guru – murid – walimurid. Ke semua hal tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan kelas seperti rotasi teman sebangku, pembuatan papan apresiasi siswa terhadap siswa sekaligus pengisian papan pernyataan penyesalan atas kesalahan yang diperbuat siswa terhadap siswa yang lain, pendampingan siswa korban narkoba, pengajaran ketrampilan hidup, Program yang dilakukan secara kontinyu tersebut, menghasilkan perubahan positif dalam diri siswa seperti penurunan angka drop out, peningkatan kehadiran siswa, penurunan kegagalan siswa dalam mata pelajaran, dan meningkatnya rasa kepedulian siswa terhadap lainnya.

Implikasinya dalam pendidikan.
Siapa saya? Mungkin ini menjadi salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab sesorang jika ingin maju dan berkembang. Konsep diri merupakan cuatu cara untuk menjawab pertanyaan ini.
Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan individu yang berkualitas, pembentukan konsep diri positif pada anak didik adalah suatu hal yang tak dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh pada setiap tahapan perkembangan anak didik. Di luar rumah, aktivitas kelas dan lingkungan sekolah memberikan warna terhadap pembentukan imdividu anak didik, yang dalam prosesnya peran guru adalah sangat vital. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya kesadaran, kemauan dan kreativitas guru untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri yang positif ke dalam kegiatan pembelajaran.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENYIMPANG BAGI PARA REMAJA

Secara garis besar factor-faktor penyebab terjadinya tingkah laku menyimpang dapat berasal dari :

• Keadaan individu yang bersangkutan
 Potensi kecerdasannya rendah,sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan.Akibatnya ia sering frrustasi,mengalami konflik batin dan rendah diri
 Mempuyai masalah yang tidak terpecahkan
 Belajar cara penyesuaian diri yang salah
 Pengaruh dari lingkungan
 Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

• Dari luar individu yang bersangkutan
 Lingkungan Keluarga
1. Suasana kehidupan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman(Keluarga broken home)
2. Kontrol dari orang tua yang rendah,yang menyebabkan
3. berkurangnya disiplin dalam kehidupan keluarga.
4. Orang tua yang bersikap otoriter
5. Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
Kehadirannya dalam keluarga tidak diinginkan,sehingga orang tua tidak menyayanginya.

• Lingkungan Sekolah
1. Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah disbanding kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan
2. Longgarnya disiplin sekolah menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada.
3. Anak-anak sering tidak belajar karena guru sering tidak masuk,sehingga perilaku anak tidak terkontrol
4. Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan perkembangan remaja
5. Sarana dan prasarana sekolah kurang memadai,akibatnya aktivitas anak jadi terbatas.

• Lingkungan Masyarakat
1. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan anak atau mancegah pelanggaran tata tertib sekolah
2. Media cetak dan media elektronik yang beredar secara bebas yang sebenarnya belum layak buat remaja,misalnya berupa gambar porno,buku cerita cabul.
3. Adanya contoh/model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan remaja, misalnya main judi, minuman keras dan pelacuran

4. USAHA APA SAJA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG

Penyimpangan perilaku remaja atau siswa tidak hanya merugikan dirinya dan masa depannya,tetapi juga orang lain dan memusnahkan harapan orang tua,sekolah dan bangsa.oleh karna itu diperlukan tindakan nyata agar tingkah laku yang menyimpang tersebut dapat diatasi.usaha tersebut dapat bersifat pencegahan(peventif), pengentasan(currative), pembentulan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative).

usia remaja, usia mencari identitas dan eksistensi diri dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pencarian identitas itu, peran aktif dari ketiga lembaga pendidikan akan banyak membantu melancarkan pencapaian kepribadian yang dewasa bagi para remaja.
Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama. Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja. remaja membutuhkan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua.
Kedua, menjalin pergaulan yang tulus.
Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati. perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.
Lewat kondisi dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti di atas itulah para remaja akan merasa terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian yang optimal dan tidak terkungkung dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang mencekam.
Pertama, aspek pendidikan formal/lingkungan sekolah.
Pendidikan yang lebih menekankan kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor penting, karena melatih integritas mental dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam menghadapi benturan-benturan nilai-niai (clash of value) yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri berikut lingkungan sosialnya.
Kedua, aspek lingkungan keluarga, jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang para remaja, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh.
Ketiga, aspek lingkungan pergaulan Hal ini menyangkut keinginan akan pengakuan keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.

Keempat, aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya.
Terakhir, aspek sosial kemasyarakat. Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi di antara warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di lingkungannya

INTERVIEW PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK MENGENAI “BAKAT”

PENDAHULUAN


Dalam suatu lingkungan sekolah terkadang kita menyaksikan ada beberapa anak yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang pandai dalam bermain musik, ada yang pandai olah raga, ada juga yang pandai melukis, hal ini merupakan sebagaian fenomena perbedaan antara individu satu dengan yang lain. Kemampuan yang seperti ini lebih bersifat khusus atau bisa dikatakan anak-anak seperti mereka mempunyai bakat atau talenta dalam bidang tertentu.
Hal tersebut tidaklah sama dengan kecerdasan, karena pada dasarnya kecerdasan atau intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memecahkan masalah-masalah dilingkungannya, sehingga ia dapat hidup dengan baik dilingkungan tertentu yang menuntut penyesuaian tertentu pula. Dan untuk mengukur kecerdasan ini biasanya diukur dengan tes kecerdasan umum. Bagaimana cara mengetahui bakat dari seseorang, hal inilah yang akan kita kaji dalam laporan penugasan ini melalui wawancara dengan seorang guru sebagai pendidik dan pembimbing anak berbakat dan seorang peserta didik yang berbakat..
Para pendidik, konselor dan orang tua harus mengetahui bakat anak agar dapat memberikan arahan yang tepat, sehingga bakat yang dimiliki anak dapat berkembang secara maksimal. Bagi seorang pendidik usaha menemukan, mengenal dan memahami bakat siswa merupakan hal yang penting. hal itu perlu dilakukan sedini mungkin, kemudian dikenali dan dipahami kemudian dikembangkan dan disalurkan sehingga sisiwa dapat berkembang seoptimal mungkin.



HASIL WAWANCARA DENGAN PENDIDIK



 Menurut Bapak, Apakah bakat itu?

Bakat adalah suatu kualitas yang Nampak pada seseorang pada suatu keahlian tertentu seperti music, seni mengarang, kecakapan dalam matematika, keahlian dalam bidang bahasa, atau keahlian-keahlian lainnya

 Sebagai seorang pendidik, menurut Bapak, seperti apakah seorang peserta didik disebut anak berbakat?

Pada dasarnya setiap anak memiliki bakat. Berbicara tentang keberbakatan, Jika anak menunjukkan keterampilan motorik lebih cepat dari anak pada umumnya, penguasaan bahasa lebih awal, dapat mempertahankan pembicaraan lebih lama dengan kalimat yang lebih kompleks untuk anak seusianya, kemungkinan anak berpotensi gifted (berbakat).
pengertian keberbakatan itu sendiri memiliki makna beragam. Beberapa istilah yang sering disebut antara lain gifted, talent, genius, dan prodigy.

• Istilah genius digunakan untuk menunjukkan adanya kemampuan dan prestasi luar biasa yang dimiliki seseorang.
• Prodigy merujuk pada kemampun berprestasi yang menakjubkan dalam bidang ketrampilan tertentu, seperti musik, matematika, permainancatur dsb.
• Sedangkan istilah gifted lebih dikaitkan dengan adanya kemampuan intelektual yang superior namun tidak memberikan kontribusi yang unik.

Anak berbakat yang mana yang anda tanyakan?

 Saya kira, saya lebih tertarik menanyakan tentang peserta didik babak yang PRODIGY, karena menurut saya, anak genius belum tentu prodigy, sedangkan anak gifted lebih sering dikategorikan anak pintar dalam hal akademik, sehingga di sekolah Bapak sudah mempunyai wadah, yaitu kelas axelerasi. Sehingga selain Prodigy sudah cukup jelas bagi saya. Dari pernyataan bapak tadi, bisa saya simpulkan bahwa anak berbakat khusus (prodigy) belum tentu anak pintar bukan? Bagaimana penjelasannya?

anak berbakat berbeda dengan anak pintar. Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu. Tapi meski tekun, namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang. Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang. Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam. Anak berbakat belum tentu termasuk kategory anak pintas/cerdas, tetapi kebanyakan yang terjadi anak berbakat biasanya pintar juga.


 Bagaimana ciri-ciri/mendeteksi anak berbakat menurut bapak?

anak berbakat memiliki perbedaan dengan anak-anak seusianya, terutama dalam hal penguasaan kemampuan tertentu.misalnya, menguasai kemampuan psikomotor lebih cepat dibanding dengan anak normal. Dari sisi karakteristik intelektual, anak berbakat memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Anak-anak ini berbicara dan membaca lebih cepat. Mereka biasanya senang membaca, memiliki perbedaharaan kosakata yang luas dengan penguasaan bahasa yang baik, rasa ingin tahu tinggi dan konsentrasi yang kuat. Imajinasi anak-anak ini ‘hidup’, menunjukkan perhatian dan memori yang baik, mereka banyak bertanya dan menggunakan kata saya dan kamu lebih cepat dibanding dengan anak normal.

Dari sisi karakteristik afektif, anak berbakat termotivasi dan senang belajar. Mereka memiliki konsep diri yang lebih tinggi, menunjukkan keuletan dalam bekerja dan tekun dalam menyelesaikan suatu tugas sampai tuntas.

Biasanya, anak-anak ini memiliki sifat kompetitif yang tinggi dengan teman sebaya. Anak berbakat umumnya lebih senang berinteraksi dengan anak yang lebih tua dari usianya. Mereka tampak memiliki energi yang tidak habis dalam mengeksplor lingkungannya. Berbeda dengan anak hiperaktif, keaktifan anak berbakat memiliki fokus pada tujuan yang jelas, sedangkan anak hiperaktif lebih tidak terfokus dan menyebar.

 Di SMA Katolik Giovanni dikenal dengan gudangnya anak genius, prodigy maupun gifted. Sebagai guru agama, Bapak mendapat bagian untuk mendampingi anak yang mana?

Sebagai guru Agama, mungkin semua siswa adalah tanggung jawab saya untuk membimbing dan mendampingi mereka, karena attitude maupun budi pekerti mereka adalah bagian dari materi pelajaran yang harus saya sampaikan dan menjadi tanggung jawab saya. Tetapi sebagai Kaur kesiswaan dan sekaligus pemimpin redaksi majalah mediator yang merupakan majalah komunikasi sekolah saya lebih banyak ditugaskan kepala sekolah mendampingi anak-anak berbakat yang akan dikirim ke berbagai lomba atau olympiade tertentu. Tentu saja dibantu guru mata pelajaran yang berhubungan dengan keahlian tersebut. Misalnya untuk Olympiade Sains, tentu saya harus bekerja sama dengan guru-guru dibidangnya, untuk siswa yang akan mengikuti lomba dibidang seni maupun bahasa, saya juga bekerja sama dengan guru bidang studi tersebut.

 Menurut Bapak, mengapa bapak (pada khususnya) dan sekolah (pada umumnya) harus mengetahui bakat setiap peserta didik? Apakah demi kepentingan sekolah (membawa nama sekolah, seandainya dia juara) atau untuk tujuan apa?

Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa. Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya sebagai pendidik, kita harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki peserta didiknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya. Kalaupun hasil akhirnya akan membawa nama sekolah dan menguntungkan sekolah, tetapi dengan mengetahui bakatnya dan memiliki wadah untuk mengarahkan dan membimbingnya, seorang peserta didik yang berbakat akan sangat beruntung. Semua demi masa depannya juga.
tidak semua orang didunia ini bisa punya kesempatan untuk mengembangkan diri. Jika kita mau melihat sebenarnya banyak sekali anak-anak disekeliling kita yang berbakat dalam suatu hal, mereka juga memiliki minat dan motifasi yang kuat tapi tetap saja tidak jadi apa-apa. Salah satu hal yang menyebabkan itu terjadi karena tidak ada kesempatan atau tidak pernah mereka diberi kesempatan untuk mencoba. Untuk itu kami sebagai bagian dari lingkungan pendidikan berkewajiban melakukan sesuatu.
 Langkah-langkah seperti apa yang sudah bapak dan sekolah lakukan untuk membantu mengembangkan peserta didik yang memiliki bakat?
 Kami mencoba Menumbuhkan keberanian : berani memulai, berani gagal, berani berkorban (perasaan, waktu, tenaga, pikiran, dsb), berani bertarung. Keberanian akan membuat kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala
 Mendukung dengan latihan : bakat perlu selalu diasah, latihan adalah kunci keberhasilan
 Mendukung dengan fasilitas, biaya, dan kondisi sosial yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat, termasuk memberikan dukungan baik psikologis maupun fisik.
 Untuk siswa genius / gifted, kami mengembangkan program pendidikan berdeferensi disekolah dengan kurikulum berdeferensi pula guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada anak yang memilki kemampuan khusus dalam bentuk kelas axelerasi, karena Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkuan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan kontribusi mereka pada diri sendiri dan masyarakat.
 Sebagai pendidik, kita tahu bahwa kita hanya tangan kanan dari orang tua siswa untuk membimbing dan mendampingi mereka (anak berbakat), apa saran bapak untuk para orang tua siswa berbakat?
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya. Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Ketika bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang. "Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal tidak demikian apakah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan perilaku yang "lebih" dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus mendapatkan pengarahan khusus. Hanya, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain.
setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda. Orang tua boleh saja mematok prestasi akademis yang tinggi namun mestinya realistis buat si anak. , hendaknya orang tua menanamkan rasa optimis kepada anak bahwa mereka bisa mencapainya. Orang tua harus selalu berkomunikasi aktif dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan bonding yang lebih kuat, apabila diperlukan cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.


Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri. Ada hal-hal yang Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon yang benar terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini, yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat kemudian secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.

 Terakhir, bagaimana saran bapak untuk sesama rekan guru dalam membimbing dan mendampingi anak berbakat
Always say you yes for children. Selalu berkatalah ya pada anak. Jarang didapati guru yang demikian ini. Rata-rata mereka melarang siswa-siswanya melakukan sesuatu. Contoh jangan manjat pagar nanti jatuh, jangan main api nanti terbakar dan sebagainya. Padahal siswa saat melakukan hal tersebut pada kondisi senang dengan hal baru, menemui keasyikan dan mencoba untuk belajar dari hal tersebut. Pada tarap belajar inilah nantinya akan timbul suatu kreativitas pada diri siswa tersebut. Mereka akan berhenti jika ternyata api itu panas, ataupun tidak akan melakukan lagi ketika mereka jatuh dari suatu pagar tersebut.

Larangan-larangan semacam ini tentunya dapat mematikan kreativitas siswa. Siswa akan selalu dalam lingkaran ketidaktahuan, ketakutan, tidak berani mencoba sesuatu yang baru. Namun kadang guru sendiri tidak menyadari akan hal ini. Seharusnya untuk hal-hal baru seperti diatas siswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan sementara guru tetap memberi pengawasan sehingga siswa dapat bereksperimen dengan aman.Guru harus mampu menyediakan media untuk siswanya sebagai upaya untuk menelurkan siswa yang cerdas dan kreatif. perkembangan siswa selalu berupa interaksi antara bakat dan lingkungan. Contohnya, apabila guru memberi lingkungan yang sesuai dengan bakat mereka sendiri. Misalnya guru yang gemar musik akan selalu memberikan lingkungan musik pada siswanya sehingga siswa sejak awal hidup dalam lingkunga musik tersebut.atau siswa masa usia sekolah sering melakukan hal-hal yang seenaknya saja sehingga menimbulkan perhatian pada orang lain yang mempengaruhi perilakunya sendiri lagi.
Hendaknya pendidik melakukan hal-hal nyata seperti : Memperkaya siswa dengan berbagai pengalaman, Mendorong dan merangsang siswa mengembangkan minat dan bakat, Memberikan pujian dan hadiah/reward terhadap hasil usaha mereka, Menyediakan sarana dan prasarana untuk mengaktualisasikan bakat siswa , memotivasi orang tua tua siswa untuk selalu mendukung, memahami pemikiran,perasaan dan perilaku siswa ,menempatkan diri dalam situasi anak didik,dan melihat dari sudut pandang anak, jugamembebaskan siswa menentukan pilihan yang tepat untuk perkembangan bakatnya.

HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK BERBAKAT

 Apa cita-cita kamu sebenarnya dan mengapa?
Sejak kecil saya bercita-cita menjadi ilmuwan, karena ilmuwan dapat menciptakan sesuatu yang hasilnya akan digunakan demi kepentingan banyak orang.
 Apa yang membuat guru-guru disekolah dan orang tuamu mengatakan bahwa kamu adalah bagian dari siswa berbakat?
Saya sendiri kurang menyadari bahwa saya termasuk siswa berbakat. saya hanya must go on saja dalam kapasitas saya sebagai pelajar. Kalau saya memiliki kemampuan, jelas itu tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Kalaupun saya memiliki kemauan, itu karena dukungan dari lingkungan yang mencintai saya, baik keluarga (terutama orang tua) , guru-guru dan juga teman-teman disekolah.
 Kamu bahkan tidak hanya dikatakan anak cerdas ( karena bisa masuk kelas akselerasi) tetapi juga termasuk anak berbakat dibidang khusus seperti kemampuan berbahasa dan MIPA. Kamu termasuk anak multitalented. Sejak kapan kamu menyadari ini dan bagaimana kamu mampu meraihnya?
Saya tidak pernah menyadari keterbakatan yang saya miliki. Saya hanya selalu berusaha dan tentunya selalu bersyukur karena memiliki Tuhan dan orang tua juga guru-guru yang mendukung saya. Tentu saja semua ini bukan tanpa kerja keras, saya selalu berusaha belajar dengan tekun dan penuh ketelitian seperti pesan orang tua saya dan semuanya disempurnakan oleh Tuhan.
 Prestasi apa saja yang sudah kamu raih dan mana prestasi yang paling membanggakan kamu?
Puji Tuhan, sejak SD saya sudah mengukir prestasi yang cukup membuat saya bersyukur.Dejak SD hingga SMU sekarang ini, saya meraih juara umum dengan NEM tertinggi., saya mendapat nilai sempurna (10) untuk bidang studi matematika. Saya selalu bangga dengan semua prestasi saya, dari prestasi juara 2 lomba minat baca ditingkat SD sampai dengan prestasi terakhir sebagai juara umum pada pengumuma hasil UN Giovanni 2011.


 Apa saja yang sudah dilakukan sekolah sebagai bentuk perhatian pada anak berbakat sepertimu?
Sekolah dengan segenap guru dan karyawan sangat mendukung kami untuk terus berprestasi. Saya bersyukur masuk disekolah ini. Segala fasilitas dan dukungan tak kurang mereka berikan. Kami tidak hanya didukung dengan fasilitas-fasilitas memadai, tetapi juga guru-guru yang mampu dan mau membimbing dan mendampingi kami.