Sabtu, 02 Oktober 2010

Moving To The Next Level (LIVE LIKE A CANDLE)

Hidup adalah suatu perjalanan menuju kedewasaan. Semua yang ada di sepanjang perjalanan itu adalah bagian dari suatu proses. Pada saat Aku melangkah memasuki tingkatan-tingkatan yang berbeda dari hidup ini, Aku akan mendapat pengetahuan baru dan pengalaman baru. Sewaktu Aku terus maju melangkah, Aku sedang membuat suatu pijakan pada tingkat kedewasaan yang lebih tinggi.
Albert Einstein berkata: “You cannot master a problem at the level where it was created.” kamu tidak bisa menguasai suatu permasalahan jika kamu masih berada pada tingkat di mana permasalahan itu terjadi. Artinya, untuk keluar dari suatu masalah, Aku harus melangkah supaya Aku berada pada tingkat yang lebih tinggi dari masalah itu.
Krisis sesungguhnya adalah sesuatu yang positif. Krisis akan mendesak Aku untuk naik ke tingkat berikutnya. Tetapi Aku sendiri perlu beranjak untuk bisa naik ke tingkat berikutnya. Ini yang kumaksud dengan moving to the next level.
Tuhan merancang perubahan sebagai suatu proses, bukan sesuatu yang instan. Tuhan jauh lebih tertarik pada perjalanan kita, sebab dalam perjalanan itulah kita mengalami proses perubahan yang membentuk karakter kita. Perjalanan jauh lebih penting daripada hasil akhirnya.
Edwin Cole menyatakan: “Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan di dalam hidup ini. Perubahan adalah esensi dari kedewasaan.” Orang yang tidak mau berubah, tidak akan pernah bertumbuh dewasa.
Seorang dari kakakku pernah mengatakan, “Kalau kamu terlanjur menjadi sampah, jadilah sampah yang bisa di daur ulang!” Dan kata-kata ketus yang menyakitkan sekaligus menyadarkanku itu telah kuingat sepanjang hayat, kata-kata yang akan membuatku sadar, bahwa aku adalah “seseorang” bukan “sesuatu”, jadi tidak ada alasan untukku tidak bergerak .
Kebanyakan orang membuang banyak waktu dan tenaga untuk memikirkan masalah dan bukan mencoba untuk menyesaikannya...Saya sangat tertarik dengan sebuah kisah tentang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju sebuah menara.

Di dalam perjalanan mereka menaiki tangga tersebut, si lilin kecil bertanya kepada pria yang membawanya, "Kita hendak ke mana?"

"Kita akan naik lebih tinggi dan akan memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar di tengah lautan yang luas."

"Apa? Mana mungkin aku bisa memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar dengan cahayaku yang sangat kecil? Kapal-kapal besar itu tidak akan bisa melihat cahayaku,"jawab lilin kecil lemah."

"Itu urusanmu. Jika nyalamu memang kecil biarlah. Yang engkau harus lakukan adalah tetap menyala dan urusan selanjutnya adalah tugasku,"jawab pria itu.

Tidak lama sampailah mereka di puncak menara dimana terdapat lampu yang sangat besar dengan kaca pemantul yang tersedia di belakangnya. Pria itu menyalakan lampu besar dengan memakai nyala lemah si lilin kecil. Dalam sekejap tempat itu memantulkan sinar terang benderang sehingga kapal-kapal yang di tengah laut melihat cahayanya.

Dengan keberadaan dan keterbatasan kita, memang kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi satu hal yang harus aku ingat bahwa hidup aku adalah seperti lilin kecil yang ada di tangan Allah yang perkasa. Segala kemampuan dan keahlian aku hanya tetap seperti nyala lilin kecil jika aku tidak menaruh hidup aku di dalam tangan Allah untuk Ia pakai menjadi alatNya yang mulia. Sebaliknya walaupun nyala aku sangat kecil bahkan mungkin redup, tetapi jika aku mempercayakan keberadaan aku seluruhnya kepada Allah, maka Ia sanggup menjadikan nyala kecilku menjadi nyala besar yang membawa manfaat besar bagi banyak orang.

Jika Allah mempercayakan sesuatu kepadaku entah itu suatu pekerjaan besar atau pun suatu pelayanan, aku percayalah bahwa aku ada di dalam tanganNya yang perkasa. Dia akan memakai aku sesuai kehendakNya. Ketika kita mempercayakan seluruh keberadaan kita kepada Allah maka aku akan melihat bagaimana Ia memakai hidupku dan tidak mustahil keterbatasanku menjadi berkat yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar