Kamis, 10 Februari 2011

MASIH BATITA


Sementara off dari kerja ternyata tidak lebih mudah, mungkin suatu kabar baik bagi fisikku, tapi psikisku ternyata malah jadi crowdid.
Kebiasaan pagi tidak banyak berubah, bangun tidur, urus dapur, dilanjutkan urus anak2, menyiapkan makan pagi, sarapan, melanjutkan PR, dst...dst...
sebenarnya kalau bisa thinking positif, melakukan PR dengan melakukan tugas di tempat kerja tidaklah jauh beda, ditempat kerja justru bisa duduk, ngopi sejenak, sembari facebok'an, baru pada jam mengajar, berdiri mengajar, paling lama 2 x 40 menit. tapi PR di rumah, tidak membuatku mampu duduk sejenak, kalaupun bisa menengok sedikit ke arah infotainment di tV yang meyala sejak pagi, toh body tetap sambil melakukan sesuatu yang mewajibkan gerakan seluruh tubuh. Keringat bercucuran lebih dari aerobik. tangan kanan mengaduk sayur, tangan kiri setrika, kalau perlu kaki kanan cuci piring, dan kaki kiri cuci pakaian. belum lagi rengekan batita-batita yang seperti tuan nyonya minta segala sesuatu secepatnya.

" Kakaaaaak, bantu mama bereskan mainan, ambil celana ade yang pipis, tolong beli masako di kios, tolong makan sampai habis, toong ambil botol susu ade yang dibuang"...

"ade, jangan sembarang buang sampah, jangan lempar-lempar mainan, mama cape beresinnya, bawa celana pipis ke belakang"...

Ugh...ternyata, akupun seperti nyonya besar, yang suara besarku ditakuti anak-anak, ternyata tulangku sedikit berhenti, ketika mereka melakukan perintahku....
maafkan mama Nak, mama lupa kalian masih batita. mama baru sadar, saat semua usai, saat bulan mengantar kalian tidur, saat suara dengkuran sudah merdu dari mulut kalian dan papa kalian, aku hanya bisa tersungkur, menangis dan menyesalinya.
Sesekali kalian terhenyak kaget dalam tidur, dan segera tenang saat ku peluk dan ku usap punggungmu...
maafkan mama Nak, kalian masih batita, mestinya hanya kata-kata halus dan limpahan kasih sayang, hujan pujian dan keceriaan yang kalian dapatkan. Kelembutan seorang ibu begitu sulit aku ungkapkan sejak segala sesuatu memenuhi kepalaku. segala ketakutan pada apa yang belum terjadi, segala keengganan karena depresi.
Maafkan mama nak, kalian masih batita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar