Rabu, 21 Desember 2011

Christmas means a different thing for a different person

“Christmas means a different thing for a different person”.
Natal memiliki makna yang berbeda untuk orang yang berbeda.

2011 ini adalah Natal ke 7 saya melewatkannya di Kupang-NTT. Suasana Kupang – Yogyakarta memang sangat berbeda menjelang Natal. Keriuhan belanja di Yogyakarta akan sangat terasa saat menjelang Lebaran, sedangkan di Kupang, jalan-jalan utama mulai macet pada jam 9 s.d jam 14, kemudian free dan mulai lagi setelah jam 17. Karena toko2 di Kupang akan rehat pada jam 14-17. Hampir sama dengan di Jakarta, Sejak akhir bulan November, lagu-lagu Natal sudah terdengar, baik di hotel, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan. Suasananya memang sangat jauh berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Tapi di Kupang lebih riuh lagi, karena lagu-lagu Natal juga terdengar keras dari dalam bemo(angkutan kota), dan bahkan kios dadakan (penjual kembang api dan petasan yang hanya pakai meja dipinggir jalan), meski hanya kios dadakan, mereka memasang lampu2 disko dan musik dengan speaker besar disamping meja. Semarak natal juga terasa karena hampir disetiap rumah (yang karena kebetulan mayoritas penduduk Kupang adalah Kristiani) ada pohon Natal lengkap dengan hiasan Natal. Orang mulai sibuk berbenah rumah(mengecat rumah, mebel baru sampai gorden dan pot tanaman baru)..
Bagi aktivis Gereja, barangkali Natal berarti melakukan berbagai macam kesibukan, mulai dari menghias Gereja dengan berbagai dekorasi yang indah dan asesoris yang mahal, termasuk menghias pohon terang. Selain itu, ada juga kesibukan paduan suara, latihan drama, latihan menari atau berbagai jenis aktivitas lainnya. Memang, dalam kenyataannya, aktivitas anggota jemaat meningkat tajam selama Desember.
Namun apa artinya semua itu? Menurut pengamatan saya, Natal lebih bernuansa business daripada kerohanian.
Barangkali, untuk seorang anak kecil, Natal berarti hadiah, di mana pada saat Natal, dia selalu mendapatkan barang baru, seperti baju baru, sepatu baru. Tanpa semua itu, rasanya, Natal belum tiba. Hal seperti itu juga yang menjadi pengalaman saya di masa kecil.

Suasana lingkungan ini tidak terlalu berpengaruh pada kami. Sedikit tantangan adalah menjelaskan makna natal yang sebenarnya pada anak-anak kami. Beruntung, anak kami masih balita, jadi kami tidak perlu mengolah kata terlalu banyak untuk menjelaskan terlalu detail. Kami juga membelikan baju baru, sepatu baru, menyediakan makanan kecil yang sedikit berbeda dari biasanya, tapi semua semata karena memang dibutuhkan, bukan karena tibanya Natal. Kami bukan tidak ingin memperbaiki keadaan rumah, menambah mebel baru, mengganti yang rusak…tapi kami rasa ada yang lebih urgen dari semua itu.


Sebuah pertanyaan kritis dapat saja diberikan. Apakah tanpa semua itu, Natal menjadi tidak sah? Apakah orang-orang yang sibuk, bahkan dapat disebut super sibuk selama Natal telah menjamin adanya Natal yang sejati?
Dalam kenyataannya, tidak demikian. Ada cukup banyak orang yang setelah sibuk dengan berbagai kegiatan Natal, selain mengalami kelelahan, tidak mengalami apa-apa. Segera setelah Desember lewat dan memasuki Januari, segala kesibukan tersebut berakhir, simbol-simbol Natal, seperti pohon terang pun tidak lagi terlihat.
Namun apa yang masih sisa? Barangkali, jawabnya bisa sangat menyedihkan. Tidak ada yang tersisa. Hati kosong, tetap kosong dan bahkan semakin kosong. Orang-orang yang berbuat dosa, tetap berbuat dosa! Dalam kondisi demikian, Natal bukan saja menjadi tidak bermakna, tapi bahkan sesat makna.

Dalam kondisi seperti di atas, Gereja dan umat harus terus-menerus waspada agar tidak terjerat kepada kegiatan dan rutinitas semata. Untuk itu, Gereja harus melepaskan diri dari berbagai pengaruh dunia yang negatif. Dengan demikian, kita dapat memahami makna Natal yang sesungguhnya.

Sangat menyedihkan saat kita sudah sibuk dengan segala kelelahan fisik, mental dan bahkan materi sedangkan makna Natal (baik secara pribadi) tidak kita dapatkan. Akan sangat menyedihkan pada saat perayaan Natal berlalu, tersisa keluhan : uang habis tak tersisa untuk belanja, fisik lelah karena terlalu banyak persiapan, terlanjur menggunakan emosi saat berseteru dengan rekan saat melakukan persiapan dengan dalih mau membuat yang terbaik, tidak memiliki waktu lebih banyak berkumpul dengan keluarga, dsb, dsb.

Pastor kesayangan saya pernah berkotbah begini tentang makna Natal :
“Alkitab dengan sangat jelas mewartakan adanya makna Natal yang bersifat objektif, melalui kelahiran Yesus Kristus di hari Natal tersebut, sesuatu hal yang sangat penting terjadi kepada manusia berdosa. Karena Allah sedemikian mengasihi manusia, sehingga Ia telah memberikan AnakNya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dengan perkataan lain, manusia yang seharusnya binasa karena dosa, beroleh pengampunan dan keselamatan yang pasti.”

Sesungguhnya, keselamatan dan hidup kekal tersebut adalah suatu anugerah yang sangat berharga yang tidak mungkin dapat dibeli dengan uang atau dicapai dengan kemampuan manusia. Hidup kekal tersebut, juga tidak dapat diberikan oleh agama dan keyakinan apapun. Namun, sangat disayangkan, sekalipun berita Alkitab tersebut sangat jelas, dalam kenyataannya, banyak orang yang setelah merayakan Natal tetap saja tidak memiliki keyakinan akan pengampuan dosa serta kehidupan yang kekal.
Sebaiknya, kita menunjukkan bahwa sesungguhnya segala kesibukan tersebut di atas keluar sebagai ungkapan syukur karena telah mengalami karyaNya yang sangat ajaib tersebut.
Tidak saja demikian, kehidupan seluruh umat yang telah mengalami keselamatan tersebut, harus terus-menerus diilhami oleh teladan Yesus Kristus yang sedemikian sempurna. Keteladanan Yesus tersebut sangat diperlukan dalam membangun masyarakat dan bangsa yang sedang mengalami berbagai macam krisis kehidupan.

Teladan seperti apa? Teladan Yesus yang hidup mengasihi, memang sangat diperlukan dalam dunia yang penuh kebencian dan persaingan. Teladan Yesus yang rela berkorban dan semangatNya memberi diri bagi kebaikan sesama, merupakan hal lain yang sangat penting dan mendesak untuk kita miliki, khususnya di dalam dunia yang semakin egois dan tidak perduli kepada sesama. Akhirnya, teladan kesederhanaanNya, juga sangat diperlukan dalam zaman yang sangat menonjolkan dan membanggakan kemewahan ini. Di tengah-tengah gaya hidup yang semakin wah dan gemerlapan, ada satu fakta dan realita yang penting untuk direnungkan: Tuhan dan Juru selamat dunia, lahir di dalam palungan.
Satu hal yang ingin saya wariskan sebagai makna Natal pada anak-anak adalah “ Yesus adalah Satu-satunya Pribadi yang dapat memilih tempat kelahiranNya, (dengan kekuasaan dan kemampuanNYa, Yesus dapat memilih tempat lahir yang paling indah sekalipun) tapi Dia memilih lahir di palungan”

Selamat merayakan Natal
Selamat menempuh Hidup baru di tahun baru 2012
Selamat membuat resolusi hidup yang lebih maju
Selamat memaknai Natal dengan caramu….

Kupang, 22 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar