Banyak cerita seru disaat menjalani kehamilan. Yang paling seru dan cukup menggebu-gebu bila diceritakan kembali adalah soal efek samping yang terjadi pada tubuh kita : kulit bercak-bercak, hidung membesar, rambut lepek dan berminyak, kaki kram dan bengkak, pinggang linu…dan sebagainya.
Cerita soal efek samping, mengalami 2 x kehamilan, ada-ada saja yang saya alami…bawaan bayi…orang bilang…tapi saya kok gak percaya yang begituan. Kalaupun terjadi ya memang efek dari kehamilan itu, bukan bayi yang suruh. Kehamilan I ku tidak begitu berefek padaku, mungkin memang karena sudah sangat diharapkan dan dipersiapkan. Ngidam juga tidak, Cuma sedikit gaya hidup yang jadi berubah, pengennya makan di luar terus, tidak mau makan di rumah, selain itu biasa-biasa saja, bahkan saya menikmati sekali, hamil sampai 9 bulan, tetap naik motor ke tempat kerja dan memakai high heels…ck..ck…ck
Tapi di kehamilan ke II, yang orang jawa bilang “kesundulan” karena kakak baru 1 th pas, adik sudah nongol di rahim, membuat saya agak kalang kabut. Saya belum siap segalanya, belum siap fisik, psikis dan materi. Yang paling saya takutkan adalah saya tidak mampu membagi perhatian untuk 2 anak, sedangkan saya baru seneng-senengnya perhatikan kakak. Praktis, 9 bulan saya jalani semaunya, sedikit stress, gila kerja dan just go on… makan juga tidak saya perhatikan, pokoknya semaunya, bahkan sering ngomel dg baby diperut. Belum lagi efek samping yang harus saya tanggung, kaki kram, pinggang nyeri dan yang paling gila adalah…kepala saya penuh dengan kutu …!!!! Ouch…sangat menjengkelkan….saya menyalahkan baby di perut, “gara-gara ade nih, mama jadi malu karena berkutu!” hardikku berulang-ulang. Apalagi saya tahu kalau berkutu justru dari teman kerja yang tidak sengaja melihat anak kutu yang berderet rapi sejajar jepit rambut yang saya sematkan di rambut. Kalang kabut, tanya sana-sini, akhirnya jatuh pilihan pada obat kutu yang beli di toko obat cina. Si Engkoh meyakinkan bahwa 1 botol cukup digunakan 2 x dana kan langsung hilang, baunya pun wangi, tidak seperti obat kutu lain… berbekal yakin, saya gunakan obat cap jempol itu sesuai petunjuk di Engkoh…dan syukurlah…tidak perlu 2x pakai kutu-kutu benar-benar mati kutu, anak cucunya pun sudah menjadi “gabuk” semua, tinggal rajin cuci rambut saja agar mereka terkuburkan.
Efek samping ibu hamil yang sering terjadi adalah kaki bengkak, terutama di trimester terakhir. Biacara soal kaki bengkak ini, saya justru menjadikannya lelucon.Saya memang memiliki kelebihan : kelebihan berat badan. Dari kecil saya sudah memiliki shape budiman (bulat dimana-mana). Sampai betispun bentuknya bulat berisi menggemaskan….xixixi….
Keuntungannya, pada saat hamil sampai trimester ketigapun, posisi berjalan saya juga biasa, tetap gesit, dengan high heels (karena dg flat saya tidak PD), tetap naik motor dan tidak tampak payah seperti ibu hamil yang lain, karena body saya sudah terbiasa dengan beban berat, termasuk betis yang bulat.
Tak jarang, di ruang tunggu Dokter Dewa, Dr kandungan paling ngetop di kota ini, ibu-ibu hamil yang lain memberi tempat duduk dan menasehatiku soal kaki bengkak (atau tepatnya : kaki yangkelihatan bengkak itu).
“Bu, kurangi yg manis-manis bu, biar ga tambah besar, nanti susah melahirkan”
“Kalau duduk kaki diangkat bu, biar tidak tambah bengkak”
“Jangan terlalu garam ya bu, kaki sudah bengkak tuh”
“Ibu hamil kembar ya?”
Teguran atau nasehat-nasehat itu sering membuat suamiku tersenyum…atau mungkin malu…
Tapi saya yang memang extrovert ya ngakak saja “Ibu-ibu…kaki saya mah, hamil-ga hamil yang menggemaskan begini,sudah dari sononya…” jawabku sambil tertawa yang juga disambut tertawa mereka…atau mungkin heran ada orang ke PD an.
Setelah melewati proses kehamilan, melahirkan (yang ga kalah heboh) dan sekarnag saya tengah melewati proses membesarkan anak-anak.
Saya menjadi semakin paham, betapa kita para ibu ini mendapat karunia luar biasa dari Tuhan. Dalam perut kita bisa tumbuh sebah kehidupan baru, tubuh kita mampu melenting membawa si kecil didalam perut selama 9 bulan dan tetap bisa seimbang dengan gravitasi bumi. Dan saya sangat salut pada ibu-ibu yang dapat melahirkan normal (karena saya 2x hamil dan 2x sectio caesar), pada kelahiran normal, si baby bisa meluncur dengan indahnya dari vagina yang begitu flexibel. Begitu juga moment-moment menyusui, mengajarinya berjalan, mengajarinya makan….wow…kekuatan ibu memang maha dahsyat !
Maka tidak ada yang lebih berharga dari menjaga karunia itu.
Mom, tetaplah sehat…dan kuat…, karena modal itu adalah investasi kita untuk bisa terus mendampingi dan bersama anak-anak, melihatnya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang membahagiakan.
Happy Mother’s day…everyday…
Please always inspiring others, to be a better person, to never stop achieving, to keep going, to forgive and to enjoy the present
Selasa, 06 Juli 2010
Senin, 05 Juli 2010
day by day
kebiasaan saya di usia 20-an, selalu rajin bahkan mensakralkan kebiasaan menulis resolusi, evaluasi, pengharapan dan impian, Tahun baru kali ini saya tak berbekalkan apa-apa. Tak ada resolusi, tak ingin mengevaluasi. Harapan dan impian, yang biasanya kita bawa layaknya tongkat estafet dalam pacuan panjang bernama hidup , kali ini bahkan absen dari tangan saya. Cengkeraman jemari saya rasanya tak cukup kuat untuk itu. Bukannya kedua hal itu tak ada, tapi malas rasanya menggenggam. Yang ada hanyalah langkah demi langkah kaki di jalanan berbatu, bertemankan suara gesekan ilalang dan terik matahari yang kian menggigit tengkuk.
Akhirnya saya mendapatkan sebuah ‘pesan’. Terlepas dari kepercayaan kita pada sosok Tuhan personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita. Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran ‘sesuatu’ itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas. Tangan kita kembali kosong. ‘Sesuatu’ itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam. Lama atau sekejap kita didekap, selama perjalanan ini belum usai, tak urung kita akan kembali melangkah. Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan.
saya merenungi ‘batu-batu’ yang selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. hidup adalah siklus berputar dalam satu pusaranJalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana yang akan saya lepas sesudah ini. Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa melepaskan semua yang selama ini erat digenggam.
Sekalipun tahun baru ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang mengiringi langkah saya. Jika batu dalam genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika perjalanan ini belum usai, maka kaki ini—meski lelah dan penat—akan kembali terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya.
Sedikit batu atau banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan.
hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama biasanya dengan hari-hari lain.
Akhirnya saya mendapatkan sebuah ‘pesan’. Terlepas dari kepercayaan kita pada sosok Tuhan personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita. Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran ‘sesuatu’ itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas. Tangan kita kembali kosong. ‘Sesuatu’ itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam. Lama atau sekejap kita didekap, selama perjalanan ini belum usai, tak urung kita akan kembali melangkah. Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan.
saya merenungi ‘batu-batu’ yang selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. hidup adalah siklus berputar dalam satu pusaranJalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana yang akan saya lepas sesudah ini. Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa melepaskan semua yang selama ini erat digenggam.
Sekalipun tahun baru ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang mengiringi langkah saya. Jika batu dalam genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika perjalanan ini belum usai, maka kaki ini—meski lelah dan penat—akan kembali terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya.
Sedikit batu atau banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan.
hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama biasanya dengan hari-hari lain.
Jumat, 02 Juli 2010
In my mind to action
Sekarang ini adalah masa dimana aku harus belajar tampil cerdas, tampil pandai dan terdidik dan tampil bijak. Karena yang berhasil tampil pandai, tetapi membuat orang lain merasa direndahkan, adalah orang pandai yang belum belajar bijak.
terkadang aku menilai dari apa yang aku pikir bisa aku lakukan, sedang orang lain menilai diriku dari apa yang sudah aku lakukan.
akan selalu ada hal yang berubah dari keadaannya sekarang. Dari sesuatu yang tidak menjadi masalah, bisa berubah menjadi sebuah sumber masalah yang besar.
aku ingin selalu mengatakan : tidak ada rasa sakit di hati ini – yang bisa menjadikanku lemah.
mereka yang benar-benar besar – tidak akan pernah mengecilkan orang lain. Dan mereka yang kecil, tidak akan tulus membiarkan orang lain menjadi besar. Bila aku dikecilkan, itu pasti oleh orang kecil. Dan hanya orang kecil yang sakit bila disakiti oleh orang kecil.
Bila aku menemukan seseorang yang aku anggap mengerti tetapi yang tetap bersikap dan berlaku buruk, terhadapnya tugasku hanyalah menyampaikan kebenaran. Alam-lah yang akan menetapkan kepantasannya untuk menerima kebaikan atau tetap terbutakan dalam kedengkiannya.
Dan , dengan damai, akan aku katakan :
"Bila aku tidak mampu mendatangkan perubahan , akan aku gunakan talentaku untuk menerima dan berserah kepada Dia, yang pilihan-Nya selalu yang terbaik bagiku"
akan selalu tersedia cara-cara untuk menyelesaikan masalah bagi orang yang mencari. Penguasa Alam ini bahkan demikian permisive-nya, sampai-sampai orang yang tidak mencari dan tidak meminta, ditunjukkan jalan keluar. Apalagi kita , yang mencari dan meminta.
“Mintalah maka kamu akan diberi”……………
terkadang aku menilai dari apa yang aku pikir bisa aku lakukan, sedang orang lain menilai diriku dari apa yang sudah aku lakukan.
akan selalu ada hal yang berubah dari keadaannya sekarang. Dari sesuatu yang tidak menjadi masalah, bisa berubah menjadi sebuah sumber masalah yang besar.
aku ingin selalu mengatakan : tidak ada rasa sakit di hati ini – yang bisa menjadikanku lemah.
mereka yang benar-benar besar – tidak akan pernah mengecilkan orang lain. Dan mereka yang kecil, tidak akan tulus membiarkan orang lain menjadi besar. Bila aku dikecilkan, itu pasti oleh orang kecil. Dan hanya orang kecil yang sakit bila disakiti oleh orang kecil.
Bila aku menemukan seseorang yang aku anggap mengerti tetapi yang tetap bersikap dan berlaku buruk, terhadapnya tugasku hanyalah menyampaikan kebenaran. Alam-lah yang akan menetapkan kepantasannya untuk menerima kebaikan atau tetap terbutakan dalam kedengkiannya.
Dan , dengan damai, akan aku katakan :
"Bila aku tidak mampu mendatangkan perubahan , akan aku gunakan talentaku untuk menerima dan berserah kepada Dia, yang pilihan-Nya selalu yang terbaik bagiku"
akan selalu tersedia cara-cara untuk menyelesaikan masalah bagi orang yang mencari. Penguasa Alam ini bahkan demikian permisive-nya, sampai-sampai orang yang tidak mencari dan tidak meminta, ditunjukkan jalan keluar. Apalagi kita , yang mencari dan meminta.
“Mintalah maka kamu akan diberi”……………
I have thousands of brothers and sisters to walk from here to heaven.
“To enjoy good health, to bring true happiness to one’s family, to bring peace to all, one must first discipline and control one’s own mind. If a woman can control her mind she can find the way to Enlightenment, and all wisdom and virtue will naturally come to her.”
“A brain is a society of a very small, simple modules that cannot be said to be thinking, that are not smart in themselves. But when you have a network of them together, out of that arises a kind of smartness”
I'm not alone......I'm with you........
“A brain is a society of a very small, simple modules that cannot be said to be thinking, that are not smart in themselves. But when you have a network of them together, out of that arises a kind of smartness”
I'm not alone......I'm with you........
"Pokoknya Minta Naik Gaji!"
Kira-kira, kenapa Anda layak meminta kenaikan gaji? Apakah karena:
Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.
Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.
IKHLAS
Seorang buruh tani, lajang, mengeluh panjang lebar soal hidupnya yg malang. "Enak banget ya jadi raja hidupnya di istana."
Raja suatu hari berjalan-jalan ke desanya dan bertemu dia di sawah. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si buruh tani untuk mengeluh panjang lebar seputar hidupnya. Akhirnya raja mengundangnya ke istana. Buruh tani bersuka cita, tapi sekaligus kecewa karena ternyata raja bukan menjamunya tapi menyuruhnya.
"Bawalah surat ini ke sahabatku, raja di kerajaan di balik gunung."
Berpikir nantinya pasti ada uang imbalan, si buruh tani mengiyakan.
Lelah berjalan, belum sampai balik gunung buruh tani berhenti istirahat di sebuah warung. Ia bercerita dan mengeluh pada si pemilik warung. Pemilik warung kasian padanya, lagi pula pemilik warung demikian hormat pada rajanya. Lalu ia berkata, "Sini, aku saja yg bawain suratnya!"
Buruh tani berkata, "Ya udah nanti kalau dapat imbalan uang kita bagi dua ya."
Pemilik warung bilang, "Gak usah dipikirin lah, aku ikhlas."
Senang, akhirnya buruh tani melenggang pulang dan menghadap raja. Sayangnya raja tidak memberinya uang, walau ia bilang urusannya beres. Dongkol setengah mati, buruh tani pulang dengan tangan hampa.
Sebulan kemudian terdengar berita putri raja di balik gunung itu menikahi orang jelata, yaitu tak lain tak bukan si pemilik warung. Kaget, si buruh tani bertanya pada saudara2 si pemilik warung. Jawabnya, "Oh katanya dia anter surat."
"Terus kenapa memangnya?" tanya buruh tani.
"Isi surat diminta yg bawa surat dinikahi..."
Tepatnya, begini isi suratnya: "Sahabatku yg baik, kamu tentu percaya padaku bukan? Nikahkan putrimu dengan pembawa surat ini, dia sudah berjalan jauh menuju tempatku hanya menunjukkan kesetiaannya padaku. Tentulah dia pria baik2 yg paling pantas untuk putrimu!"
Geram, si buruh tani menghadap raja dan protes.
"Raja, kalau saja tahu isinya begitu, saya sendiri yg akan membawanya."
"Oh, jadi kamu menyuruh orang lain?" tanya raja.
"Ya iyalah, yg penting sampai di tangan sahabat raja kan? Tapi saya kapok, beri saya kesempatan."
Raja berpikir dan mengangguk. Ia menulis surat. "Bawalah surat ini ke temanku di seberang lautan."
Akhirnya dengan semangat buruh tani menerima surat itu dan niat mengantarkannya sendiri ke sahabat raja di seberang lautan. Ia pun mengarungi lautan dan mengayuh sampannya sendiri, sambil membayangkan hidupnya berubah menjadi mantu raja dan mendapat istri yg cantik jelita.
Begitu sampai, ia menunggu. Bukan putri raja yg dia dapat tapi.......
Hehehe, begini isi suratnya:
"Sahabatku, tolong penggal kepala si pembawa surat ini. Ia sudah melanggar perintahku, tidak ada gunanya lagi ia menjadi rakyatku."
So....
kesempatan tidak datang dua kali dan keberuntungan selalu bersama orang2 yg ikhlas bukan?
Raja suatu hari berjalan-jalan ke desanya dan bertemu dia di sawah. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si buruh tani untuk mengeluh panjang lebar seputar hidupnya. Akhirnya raja mengundangnya ke istana. Buruh tani bersuka cita, tapi sekaligus kecewa karena ternyata raja bukan menjamunya tapi menyuruhnya.
"Bawalah surat ini ke sahabatku, raja di kerajaan di balik gunung."
Berpikir nantinya pasti ada uang imbalan, si buruh tani mengiyakan.
Lelah berjalan, belum sampai balik gunung buruh tani berhenti istirahat di sebuah warung. Ia bercerita dan mengeluh pada si pemilik warung. Pemilik warung kasian padanya, lagi pula pemilik warung demikian hormat pada rajanya. Lalu ia berkata, "Sini, aku saja yg bawain suratnya!"
Buruh tani berkata, "Ya udah nanti kalau dapat imbalan uang kita bagi dua ya."
Pemilik warung bilang, "Gak usah dipikirin lah, aku ikhlas."
Senang, akhirnya buruh tani melenggang pulang dan menghadap raja. Sayangnya raja tidak memberinya uang, walau ia bilang urusannya beres. Dongkol setengah mati, buruh tani pulang dengan tangan hampa.
Sebulan kemudian terdengar berita putri raja di balik gunung itu menikahi orang jelata, yaitu tak lain tak bukan si pemilik warung. Kaget, si buruh tani bertanya pada saudara2 si pemilik warung. Jawabnya, "Oh katanya dia anter surat."
"Terus kenapa memangnya?" tanya buruh tani.
"Isi surat diminta yg bawa surat dinikahi..."
Tepatnya, begini isi suratnya: "Sahabatku yg baik, kamu tentu percaya padaku bukan? Nikahkan putrimu dengan pembawa surat ini, dia sudah berjalan jauh menuju tempatku hanya menunjukkan kesetiaannya padaku. Tentulah dia pria baik2 yg paling pantas untuk putrimu!"
Geram, si buruh tani menghadap raja dan protes.
"Raja, kalau saja tahu isinya begitu, saya sendiri yg akan membawanya."
"Oh, jadi kamu menyuruh orang lain?" tanya raja.
"Ya iyalah, yg penting sampai di tangan sahabat raja kan? Tapi saya kapok, beri saya kesempatan."
Raja berpikir dan mengangguk. Ia menulis surat. "Bawalah surat ini ke temanku di seberang lautan."
Akhirnya dengan semangat buruh tani menerima surat itu dan niat mengantarkannya sendiri ke sahabat raja di seberang lautan. Ia pun mengarungi lautan dan mengayuh sampannya sendiri, sambil membayangkan hidupnya berubah menjadi mantu raja dan mendapat istri yg cantik jelita.
Begitu sampai, ia menunggu. Bukan putri raja yg dia dapat tapi.......
Hehehe, begini isi suratnya:
"Sahabatku, tolong penggal kepala si pembawa surat ini. Ia sudah melanggar perintahku, tidak ada gunanya lagi ia menjadi rakyatku."
So....
kesempatan tidak datang dua kali dan keberuntungan selalu bersama orang2 yg ikhlas bukan?
Kesadaranku di saat teduh
Sahabat, ingat petunjuk emergensi di pesawat ?. Dulu, saya sering bingung, kenapa orang tua disuruh memakai masker oksigen duluan sebelum anaknya. Sekarang saya mengerti, dan setidaknya ini adalah kebenaran bagi saya: kita tidak bisa membahagiakan orang lain sebelum kita sendiri bahagia. Kita harus “penuh” dulu sebelum bisa “memenuhi” orang lain. Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi. Kita tahu betapa banyak orang di luar sana yang bicara bahwa anak harusnya menjadi pengikat, bahkan dasar. Bagi saya, Gege dan Guido bukan tali atau fondasi. Dia adalah anak panah yang akan melesat sendiri satu saat nanti. Tuhan memberikan saya busurnya, menjaga dan mengawasi anak panahnya. Kewajiban utama saya adalah menjadi manusia yang utuh agar saya bisa membagi keutuhan saya dengan mereka
Padahal, kalau direnungi dalam-dalam, sesungguhnya kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk orang lain, meski kita berpikir demikian. Kita berbuat sesuatu karena itulah yang kita anggap benar bagi diri kita sendiri. Dan kebenaran ini sangatlah relatif.Saya selalu merasa “terancam” saat seseorang mengatur atau bahkan mendoktrin saya menjadi seperti yang dia mau. Karena Tuhanpun tidak memperlakukan saya demikian.Bagi saya, mencintai dan menikahi seseorang bukan untuk menjadikannya seperti yang kita mau, tapi dengan cinta yang tidak depensi itu tadi, kita membagi dua. Perhatian, keegoisan kita, pengertian kita, hidup kita, sampai segala hal yang harus kita bagi dua dengannya…
Jadi, untuk anda, sahabat-sahabatku yang masih single, persiapkan dirimu untuk mampu “berbagi” dengan orang lain segala milikmu. Jiwa …raga…semua milikmu.
Jika dunia ini berjalan hanya berdasarkan kesukaan Tuhan, dan Tuhan hanya suka yang baik-baik saja, mengapa kita dibiarkan hidup dengan peperangan, dengan air mata, dengan patah hati, dengan ketidakadilan, dengan kejahatan? Mengapa harus ada hitam bersanding dengan putih? Lantas, kalau ada orang yang kemudian berargumen bahwa bagian hitam bukan jatahnya Tuhan tapi Setan, maka jelas Tuhan yang demikian bukan Yang Maha Kuasa. Ia menjadi terbatas, kerdil, dan sempit.
Bagi saya, Tuhan ada di atas hitam dan putih, sekaligus terjalin di dalam keduanya. Dia memberikan yang terbaik menurut “versiNya” yang belum tentu “enak dan sesuai” dengan versi Kita. Tapi saya percaya…God is Good
Apa pun yang menanti saya sesudah ini, itulah konsekuensi, tanggung jawab, dan karma saya. Pahit atau manis. Tak seorang pun yang tahu. Namun inilah pelajaran hidup yang menjadi jatah saya, dan saya menerimanya dengan senang hati. Saya tidak berdagang dengan Tuhan. Setiap detik dalam hidup adalah hadiah. Setiap momen adalah perkembangan baru. Bagi saya, itu sudah cukup. Bagi saya, itulah bentuk kesadaran.
Padahal, kalau direnungi dalam-dalam, sesungguhnya kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk orang lain, meski kita berpikir demikian. Kita berbuat sesuatu karena itulah yang kita anggap benar bagi diri kita sendiri. Dan kebenaran ini sangatlah relatif.Saya selalu merasa “terancam” saat seseorang mengatur atau bahkan mendoktrin saya menjadi seperti yang dia mau. Karena Tuhanpun tidak memperlakukan saya demikian.Bagi saya, mencintai dan menikahi seseorang bukan untuk menjadikannya seperti yang kita mau, tapi dengan cinta yang tidak depensi itu tadi, kita membagi dua. Perhatian, keegoisan kita, pengertian kita, hidup kita, sampai segala hal yang harus kita bagi dua dengannya…
Jadi, untuk anda, sahabat-sahabatku yang masih single, persiapkan dirimu untuk mampu “berbagi” dengan orang lain segala milikmu. Jiwa …raga…semua milikmu.
Jika dunia ini berjalan hanya berdasarkan kesukaan Tuhan, dan Tuhan hanya suka yang baik-baik saja, mengapa kita dibiarkan hidup dengan peperangan, dengan air mata, dengan patah hati, dengan ketidakadilan, dengan kejahatan? Mengapa harus ada hitam bersanding dengan putih? Lantas, kalau ada orang yang kemudian berargumen bahwa bagian hitam bukan jatahnya Tuhan tapi Setan, maka jelas Tuhan yang demikian bukan Yang Maha Kuasa. Ia menjadi terbatas, kerdil, dan sempit.
Bagi saya, Tuhan ada di atas hitam dan putih, sekaligus terjalin di dalam keduanya. Dia memberikan yang terbaik menurut “versiNya” yang belum tentu “enak dan sesuai” dengan versi Kita. Tapi saya percaya…God is Good
Apa pun yang menanti saya sesudah ini, itulah konsekuensi, tanggung jawab, dan karma saya. Pahit atau manis. Tak seorang pun yang tahu. Namun inilah pelajaran hidup yang menjadi jatah saya, dan saya menerimanya dengan senang hati. Saya tidak berdagang dengan Tuhan. Setiap detik dalam hidup adalah hadiah. Setiap momen adalah perkembangan baru. Bagi saya, itu sudah cukup. Bagi saya, itulah bentuk kesadaran.
Kamis, 01 Juli 2010
George C. Boldt
Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda." Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.
Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".
"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda.
"Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.
~~~
Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik, kemurahan dan ketulusan, dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar dari sikap terbaik tersebut...
Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".
"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda.
"Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.
~~~
Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik, kemurahan dan ketulusan, dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar dari sikap terbaik tersebut...
Let's Go Techno
Manusia purba mungkin harus kerepotan menghapalkan semua tanda-tanda di alam demi bertahan hidup, bisa makan, minum dan berlindung dari bahaya. Manusia modern sungguh kerepotan menghapalkan kombinasi huruf dan angka yang juga menyangkut "hidup-mati". Deretan angka dan huruf memusingkan bernama "password" itu menyangkut jati diri, harta, pekerjaan, keamanan hingga keterhubungan sosial. Begitu banyak password melekat pada diri kita sekarang , seperti password komputer, ATM, Hansphone, Email, akun media sosial, Credit Card, sampai alarm rumah.....inilah DNA era tekhno sekarang ini. Penanda unik yang membedakan kita dengan orang lain. Password yang pas juga dibutuhkan untuk membuka pintu ke masa depan.
Melek Teknologi ! adalah salah satunya. Dunia virtual sudah terlalu "nyata" saat ini. Hanya ada satu pilihan = beradaptasi atau kita menjadi manusia purba yang tersesat dan jalan ditempat !
Go Tekhno...
Melek Teknologi ! adalah salah satunya. Dunia virtual sudah terlalu "nyata" saat ini. Hanya ada satu pilihan = beradaptasi atau kita menjadi manusia purba yang tersesat dan jalan ditempat !
Go Tekhno...
Langganan:
Postingan (Atom)