Seorang buruh tani, lajang, mengeluh panjang lebar soal hidupnya yg malang. "Enak banget ya jadi raja hidupnya di istana."
Raja suatu hari berjalan-jalan ke desanya dan bertemu dia di sawah. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si buruh tani untuk mengeluh panjang lebar seputar hidupnya. Akhirnya raja mengundangnya ke istana. Buruh tani bersuka cita, tapi sekaligus kecewa karena ternyata raja bukan menjamunya tapi menyuruhnya.
"Bawalah surat ini ke sahabatku, raja di kerajaan di balik gunung."
Berpikir nantinya pasti ada uang imbalan, si buruh tani mengiyakan.
Lelah berjalan, belum sampai balik gunung buruh tani berhenti istirahat di sebuah warung. Ia bercerita dan mengeluh pada si pemilik warung. Pemilik warung kasian padanya, lagi pula pemilik warung demikian hormat pada rajanya. Lalu ia berkata, "Sini, aku saja yg bawain suratnya!"
Buruh tani berkata, "Ya udah nanti kalau dapat imbalan uang kita bagi dua ya."
Pemilik warung bilang, "Gak usah dipikirin lah, aku ikhlas."
Senang, akhirnya buruh tani melenggang pulang dan menghadap raja. Sayangnya raja tidak memberinya uang, walau ia bilang urusannya beres. Dongkol setengah mati, buruh tani pulang dengan tangan hampa.
Sebulan kemudian terdengar berita putri raja di balik gunung itu menikahi orang jelata, yaitu tak lain tak bukan si pemilik warung. Kaget, si buruh tani bertanya pada saudara2 si pemilik warung. Jawabnya, "Oh katanya dia anter surat."
"Terus kenapa memangnya?" tanya buruh tani.
"Isi surat diminta yg bawa surat dinikahi..."
Tepatnya, begini isi suratnya: "Sahabatku yg baik, kamu tentu percaya padaku bukan? Nikahkan putrimu dengan pembawa surat ini, dia sudah berjalan jauh menuju tempatku hanya menunjukkan kesetiaannya padaku. Tentulah dia pria baik2 yg paling pantas untuk putrimu!"
Geram, si buruh tani menghadap raja dan protes.
"Raja, kalau saja tahu isinya begitu, saya sendiri yg akan membawanya."
"Oh, jadi kamu menyuruh orang lain?" tanya raja.
"Ya iyalah, yg penting sampai di tangan sahabat raja kan? Tapi saya kapok, beri saya kesempatan."
Raja berpikir dan mengangguk. Ia menulis surat. "Bawalah surat ini ke temanku di seberang lautan."
Akhirnya dengan semangat buruh tani menerima surat itu dan niat mengantarkannya sendiri ke sahabat raja di seberang lautan. Ia pun mengarungi lautan dan mengayuh sampannya sendiri, sambil membayangkan hidupnya berubah menjadi mantu raja dan mendapat istri yg cantik jelita.
Begitu sampai, ia menunggu. Bukan putri raja yg dia dapat tapi.......
Hehehe, begini isi suratnya:
"Sahabatku, tolong penggal kepala si pembawa surat ini. Ia sudah melanggar perintahku, tidak ada gunanya lagi ia menjadi rakyatku."
So....
kesempatan tidak datang dua kali dan keberuntungan selalu bersama orang2 yg ikhlas bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar