Everyone in this world has their own likings and disliking. It is the same in the case of choosing a profession .
As children ,we dream of becoming lots of things. Some of us dream of becoming doctors or engineers and some others about being in the army etc.
I too, have a dream. A dream of becoming a teacher.
A teacher is a true builder of a nation. It is her who moulds the character of tender children and inculcate in them noble qualities of service, sacrifice and patriotism. A teacher also guides the students in the most critical periods. Teaching is also the noblest profession of all, in the sense that a teacher remains honest and studious in his profession. The words of wit and wisdom are far more precious and more valuable than all the riches of the world and everyone can benefit from it. A teacher, is Professional yet sympathetic to the student needs, she is inspiring and patient and she is always there to correct us whenever we take a wrong step.
Right from childhood, my teachers were always there to help me whenever I was in need. They made a big difference in my life and ,I would like to do the same to those younger than me. That is why, I would choose teaching as my profession.
Please always inspiring others, to be a better person, to never stop achieving, to keep going, to forgive and to enjoy the present
Jumat, 15 Oktober 2010
Sabtu, 02 Oktober 2010
Moving To The Next Level (LIVE LIKE A CANDLE)
Hidup adalah suatu perjalanan menuju kedewasaan. Semua yang ada di sepanjang perjalanan itu adalah bagian dari suatu proses. Pada saat Aku melangkah memasuki tingkatan-tingkatan yang berbeda dari hidup ini, Aku akan mendapat pengetahuan baru dan pengalaman baru. Sewaktu Aku terus maju melangkah, Aku sedang membuat suatu pijakan pada tingkat kedewasaan yang lebih tinggi.
Albert Einstein berkata: “You cannot master a problem at the level where it was created.” kamu tidak bisa menguasai suatu permasalahan jika kamu masih berada pada tingkat di mana permasalahan itu terjadi. Artinya, untuk keluar dari suatu masalah, Aku harus melangkah supaya Aku berada pada tingkat yang lebih tinggi dari masalah itu.
Krisis sesungguhnya adalah sesuatu yang positif. Krisis akan mendesak Aku untuk naik ke tingkat berikutnya. Tetapi Aku sendiri perlu beranjak untuk bisa naik ke tingkat berikutnya. Ini yang kumaksud dengan moving to the next level.
Tuhan merancang perubahan sebagai suatu proses, bukan sesuatu yang instan. Tuhan jauh lebih tertarik pada perjalanan kita, sebab dalam perjalanan itulah kita mengalami proses perubahan yang membentuk karakter kita. Perjalanan jauh lebih penting daripada hasil akhirnya.
Edwin Cole menyatakan: “Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan di dalam hidup ini. Perubahan adalah esensi dari kedewasaan.” Orang yang tidak mau berubah, tidak akan pernah bertumbuh dewasa.
Seorang dari kakakku pernah mengatakan, “Kalau kamu terlanjur menjadi sampah, jadilah sampah yang bisa di daur ulang!” Dan kata-kata ketus yang menyakitkan sekaligus menyadarkanku itu telah kuingat sepanjang hayat, kata-kata yang akan membuatku sadar, bahwa aku adalah “seseorang” bukan “sesuatu”, jadi tidak ada alasan untukku tidak bergerak .
Kebanyakan orang membuang banyak waktu dan tenaga untuk memikirkan masalah dan bukan mencoba untuk menyesaikannya...Saya sangat tertarik dengan sebuah kisah tentang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju sebuah menara.
Di dalam perjalanan mereka menaiki tangga tersebut, si lilin kecil bertanya kepada pria yang membawanya, "Kita hendak ke mana?"
"Kita akan naik lebih tinggi dan akan memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar di tengah lautan yang luas."
"Apa? Mana mungkin aku bisa memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar dengan cahayaku yang sangat kecil? Kapal-kapal besar itu tidak akan bisa melihat cahayaku,"jawab lilin kecil lemah."
"Itu urusanmu. Jika nyalamu memang kecil biarlah. Yang engkau harus lakukan adalah tetap menyala dan urusan selanjutnya adalah tugasku,"jawab pria itu.
Tidak lama sampailah mereka di puncak menara dimana terdapat lampu yang sangat besar dengan kaca pemantul yang tersedia di belakangnya. Pria itu menyalakan lampu besar dengan memakai nyala lemah si lilin kecil. Dalam sekejap tempat itu memantulkan sinar terang benderang sehingga kapal-kapal yang di tengah laut melihat cahayanya.
Dengan keberadaan dan keterbatasan kita, memang kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi satu hal yang harus aku ingat bahwa hidup aku adalah seperti lilin kecil yang ada di tangan Allah yang perkasa. Segala kemampuan dan keahlian aku hanya tetap seperti nyala lilin kecil jika aku tidak menaruh hidup aku di dalam tangan Allah untuk Ia pakai menjadi alatNya yang mulia. Sebaliknya walaupun nyala aku sangat kecil bahkan mungkin redup, tetapi jika aku mempercayakan keberadaan aku seluruhnya kepada Allah, maka Ia sanggup menjadikan nyala kecilku menjadi nyala besar yang membawa manfaat besar bagi banyak orang.
Jika Allah mempercayakan sesuatu kepadaku entah itu suatu pekerjaan besar atau pun suatu pelayanan, aku percayalah bahwa aku ada di dalam tanganNya yang perkasa. Dia akan memakai aku sesuai kehendakNya. Ketika kita mempercayakan seluruh keberadaan kita kepada Allah maka aku akan melihat bagaimana Ia memakai hidupku dan tidak mustahil keterbatasanku menjadi berkat yang besar.
Albert Einstein berkata: “You cannot master a problem at the level where it was created.” kamu tidak bisa menguasai suatu permasalahan jika kamu masih berada pada tingkat di mana permasalahan itu terjadi. Artinya, untuk keluar dari suatu masalah, Aku harus melangkah supaya Aku berada pada tingkat yang lebih tinggi dari masalah itu.
Krisis sesungguhnya adalah sesuatu yang positif. Krisis akan mendesak Aku untuk naik ke tingkat berikutnya. Tetapi Aku sendiri perlu beranjak untuk bisa naik ke tingkat berikutnya. Ini yang kumaksud dengan moving to the next level.
Tuhan merancang perubahan sebagai suatu proses, bukan sesuatu yang instan. Tuhan jauh lebih tertarik pada perjalanan kita, sebab dalam perjalanan itulah kita mengalami proses perubahan yang membentuk karakter kita. Perjalanan jauh lebih penting daripada hasil akhirnya.
Edwin Cole menyatakan: “Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan di dalam hidup ini. Perubahan adalah esensi dari kedewasaan.” Orang yang tidak mau berubah, tidak akan pernah bertumbuh dewasa.
Seorang dari kakakku pernah mengatakan, “Kalau kamu terlanjur menjadi sampah, jadilah sampah yang bisa di daur ulang!” Dan kata-kata ketus yang menyakitkan sekaligus menyadarkanku itu telah kuingat sepanjang hayat, kata-kata yang akan membuatku sadar, bahwa aku adalah “seseorang” bukan “sesuatu”, jadi tidak ada alasan untukku tidak bergerak .
Kebanyakan orang membuang banyak waktu dan tenaga untuk memikirkan masalah dan bukan mencoba untuk menyesaikannya...Saya sangat tertarik dengan sebuah kisah tentang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju sebuah menara.
Di dalam perjalanan mereka menaiki tangga tersebut, si lilin kecil bertanya kepada pria yang membawanya, "Kita hendak ke mana?"
"Kita akan naik lebih tinggi dan akan memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar di tengah lautan yang luas."
"Apa? Mana mungkin aku bisa memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar dengan cahayaku yang sangat kecil? Kapal-kapal besar itu tidak akan bisa melihat cahayaku,"jawab lilin kecil lemah."
"Itu urusanmu. Jika nyalamu memang kecil biarlah. Yang engkau harus lakukan adalah tetap menyala dan urusan selanjutnya adalah tugasku,"jawab pria itu.
Tidak lama sampailah mereka di puncak menara dimana terdapat lampu yang sangat besar dengan kaca pemantul yang tersedia di belakangnya. Pria itu menyalakan lampu besar dengan memakai nyala lemah si lilin kecil. Dalam sekejap tempat itu memantulkan sinar terang benderang sehingga kapal-kapal yang di tengah laut melihat cahayanya.
Dengan keberadaan dan keterbatasan kita, memang kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi satu hal yang harus aku ingat bahwa hidup aku adalah seperti lilin kecil yang ada di tangan Allah yang perkasa. Segala kemampuan dan keahlian aku hanya tetap seperti nyala lilin kecil jika aku tidak menaruh hidup aku di dalam tangan Allah untuk Ia pakai menjadi alatNya yang mulia. Sebaliknya walaupun nyala aku sangat kecil bahkan mungkin redup, tetapi jika aku mempercayakan keberadaan aku seluruhnya kepada Allah, maka Ia sanggup menjadikan nyala kecilku menjadi nyala besar yang membawa manfaat besar bagi banyak orang.
Jika Allah mempercayakan sesuatu kepadaku entah itu suatu pekerjaan besar atau pun suatu pelayanan, aku percayalah bahwa aku ada di dalam tanganNya yang perkasa. Dia akan memakai aku sesuai kehendakNya. Ketika kita mempercayakan seluruh keberadaan kita kepada Allah maka aku akan melihat bagaimana Ia memakai hidupku dan tidak mustahil keterbatasanku menjadi berkat yang besar.
My beloved family
These days.... I don't know why, but my mouse always lead me to click those FAMILY pictures on my computer... and ended by get amazed on this thin, GOD created..... A FAMILY.
God gave some people cars, and some don't...
God gave some people good houses, and some don't...
God gave some people sweety children, and some don't...
God gave some people branded clothes, and some don't...
BUT WHY GOD GIVE EVERYONE A FAMILY??
You can ride those cars, to every places you want, full your tank, and start the adventure, have some fun, and spend nites at hotels, but when itu come to the end.... you will need a rest, in a house, with a heart... HOME...
You can buy those expensive bags show them up, to your friends, admire the brands, the models, get some praises.. but when it come to the end... you will need someone who praise you, and receive you no matter what... more than your expensive bags...
You can wear those branded clothes, step confidently through every mall. Enjoying when every eyes looking at you, jealousy... feeling so beautiful day and night.. but when it come to the end... you will need someone who says you are beautiful, even when you have nothing branded to wear... only you and your dirty clothes..
WHY GOD GIVE EVERYONE A FAMILY?
Because HE knows we can live without those cars, those good houses, those expensive bags, and those branded clothes but we can never live without a thing, called "FAMILY".
At the end... to one, that always be there... when you born and die, fall and rise is "FAMILY"....
Now, we can pray to GOD and thank to HIM for our family... no matter what condition of family we have now, but we sure that GOD already have a beautiful plan to our family, and make everything beautiful in HIS time...
Dear GOD, thank you for all the family in the world
Kamis, 23 September 2010
my prayer today
Lord, we are so self-centered, so ungrateful and blind to the many blessings we receive from You. Open our eyes to Your many blessings and close our eyes to the few discomforts we encounter. Amen.
A FRIEND LIKE YOU
Everyone should have
a friend like you
You are so much fun to be with
And you are such a good person
You crack me up with laughter
And touch my heart with your kindness
You have a wonderful ability
To know when to offer advice
And when to sit in quiet support
Time after time
You've come to my rescue
And brightend so many
Of my routine days
And time after time
I've realized how fortunate
I am that my life includes you
I really do believe that
Everybody should have a friend like you
But so far it looks like
You are one of a kind!
a friend like you
You are so much fun to be with
And you are such a good person
You crack me up with laughter
And touch my heart with your kindness
You have a wonderful ability
To know when to offer advice
And when to sit in quiet support
Time after time
You've come to my rescue
And brightend so many
Of my routine days
And time after time
I've realized how fortunate
I am that my life includes you
I really do believe that
Everybody should have a friend like you
But so far it looks like
You are one of a kind!
Minggu, 12 September 2010
AFTER A TERRIBLE DAY
11 Agustus 2010. Tepat sebulan yang lalu, kisah biasa saja bila terjadi di masa mudaku ini, ternyata bisa kusebut “terrible day”diusaiaku sekarang ini.
Pk 12.25 WITENG, bel sekolah berbunyi, bergegas aku bubarkan anak didikku, dan langsung menyandang tas, karena meja kerja sudah kubereskan sebelumnya, setengah berlari aku menuju motorku untuk keinginan segera pulang dan bertemu dengan dua kecilku di rumah. Entah kenapa siang itu aku kangeeeen sekali dengan mereka. Tapi tidak seperti biasa, disiang dengan matahari terik itu, aku mengenakan jaket tebal dan mengencangkan ikatan helmku. Tidak ada firasat apapun, meski kangen berat dengan anak-anak, aku tidak ngebut dengan motorku, aku justru kontrol sekali dengan gas dan berjalan dengan kecepatan 25km/jam dan selalu berada dibahu jalan yang tepat. Traffic begitu padat, karena memang jam pulang anak sekolah.
Dalam hitungan detik, aku sempat memperhatikan motor merah dari arah berlawanan dan dibahu jalan yang berlawanan berjalan oleng, dan ….Braaaaakkk ! aku tidak sempat menginjak rem ataupun membanting stir. Tiba-tiba saja “Blugg” aku terjatuh dengan keras meralas pantat sebelah kiri, dan darah menggenang dari kaki kananku. Serta merta kuraba seluruh badanku dan membuat tanda salib …”Ah…Tuhan…Aku tidak apa-apa” begitu gumanku diantara kata “aduhh” menahan perih tak terkira dari kaki kananku. Badanku mulai tremmor imbas dari bantingan keras, tapi aku segera sadar dan mencari penyebabnya, tanpa mengindahkan keadaanku, aku mencari-cari motor merah yang tadi menghantam keras motorku dari sebelah kanan. Aku melihat motor merah dengan pengemudinya yang bangun dari jatuhnya dan siap menunggang kembali motornya. Spontan aku berteriak meminta orang-orang menahannya, sementara seorang bapak, tukang bangunan, yang akhirnya kuketahui bernama Pak Simon, menenangkan aku dan menekan kaki kananku untuk tidak bergerak, takutnya patah tulangnya.
“buk…” satu pukulan hebat melayang di pipi kanan sipengendara motor merah. Kunci kontak si merah segera berpindah tangan ke orang yang lain, dan aku tidak lagi memperhatikannya, Pak simon dengan 3 temannya, segera mengajak teman-teman nya yang lain mengangkat badanku yang super berat ini, menyebrang jalan dan memasukkan aku ke dalam bemo yang mereka hentikan paksa. Pak Simon memegangku dari belakang, mengangkat setengah badanku. Ugh…kuat sekali Bapak ini….pikirku
Didalam bemo, sambil terus mengaduh, aku mengambil Hp disaku tas dan menelpon suamiku.
“Papa, segera ke RS Wirasakti, mama ada disruduk orang gila !”
Sampai di RS, aku langsung didorong ke Ruang bedah.
Tremmorku masih berlangsung, nyeri di ujung kakiku makin terasa karena angin yang kencang menerpa koridor RS.
“Suster, Dr…tolong segera ibu ini, darah sudah keluar terlalu banyak !” seru pak Simon sambil menarik lengan perawat yang ada diruangan itu
“Iya pak, sabar, Dr segera datang, “
“Tapi Sr bisa kan bersihkan luka dulu, atau tangani sebisanya dulu” kata Pak Simon lebih keras
“Sabar-sabar pak, saya memang mau tangani, tapi lampu mati nih, panas dan gelap, bapak mengerti kan?”
Jawaban perawat itu membuat pak Simon kesal, apalagi aku terus mengaduh, meski tak bersuara.
Tiba2 aku mendengar suara Dr Rusli, Dr yang pernah menangani aku waktu terdeteksi usus buntu beberapa waktu lalu.
“Dr… tolong beta, tolong beri obat penghilang rasa sakit, atau apa kek, biar tremor saya berhenti dulu.” Seruku mengiba
“Lho, kamu? Ada apa ini” jawab Dr Rusli yang saat itu sedang tidak bertugas, dia memakai celana pendek dan tshirt saja.
“Ini Dok, ditabrak orang gila,”
Suhu tubuhku semakin memanas, tapi aku merasa kedinginan luar biasa, Dr segera memerintahkan perawat-perawatnya menanganiku. Aku menjadi lebih tenang melihat suamiku, Ita dan Wira (teman kerjaku) dan juga Benni (adik iparku) berada diruang itu.
Suamiku tampak dengan mata berkaca-kaca. Dia memang tidak bisa melihat luka/darah dan kalau ada kejadian akan lebih panic daripada aku. Aku justru hampir menangis ketika Wira menenangkan aku, bukan banyak bertanya…aku terharu dengan perhatian mereka.
Tibatiba aku berteriak karena perawat menyuntikkan anestesi tepat ditengah luka dan rasanya seperti menusuk tulang.
“Augh…Dr Rusli tolong beta,”teriakku. Saya sudah 2 x operasi cesar, tapi anestesi tidak sesakit ini.keluhku
Dr Rusli menyeruak diantara 3 perawatnya, “Wah sorry, dia baru lulus sih, jadi belum lihai” kata Dr Rusli sambil mengambil lagi 1 suntikan dan dengan tangannya sendiri menyuntik bagian kiri telapak kakiku. Dalam hitungan detik, sampai di pahaku sudah tidak terasa lagi, tremmor juga berhenti, suhu tubuhku mulai menghangat, dan aku lebih tenang.
Tiba-tiba seorang bapak mendekatiku, “Bu, ini no telp toko dan hp saya, motor ibu ada kami amankan, si penabrak jg masih kami amankan disana”
Bapak ini tidak tahu kalau ada suamiku disitu, kemudian aku serahkan dia pada suamiku, dan suamiku mengurus ke toko Bapak itu.
Dari cerita suamiku, orang ini bersikeras tidak merasa bersalah, sehingga orang-orang mendesak untuk menyerahkannya pada polisi. Akhirnya suamiku serahkan kasusnya pada polisi.
Seminggu, Dua Minggu, Tiga minggu….luka dikakiku mulai sembuh, tapi terasa begitu lambat. Kami rajin kontrol ke Dr, dan kami sempat kaget karena aku yang biasanya selalu hypotensi, sekarang menjadi hypertensi. Tensiku biasanya berkisar 80-90/90 menjadi 150/100 !!! wow
Selama sakit, aku sempat 2 minggu cuti kerja. Jalan menggunakan kursi, kemudian menggunakan kruk, sampai terus sambil meringis mencoba melatih kakiku berjalan tanpa bantuan. Luka dijahit lebih dari 10 jahitan sebenarnya bukan hal baru untuk kakiku, apalagi kaki kananku, beberapa tahun lalu, aku terpaksa 2 minggu menggunakan 2 kruk untuk berjalan karena kecelakaan, dengan kaki dijahit dan tempurung lutut yang bergeser. Tapi sekarang sepertinya bodiku sudah sangat berubah. Mungkin setelah 2x melahirkan, perempuan memang sudah turun mesin.
Aku merasa sakit yang begitu lama, kesembuhan yang begitu lambat, bukan hanya rasa nyeri di kaki yang membuatku tersiksa, bentuknya yang sudah cacat, sulit menggunakan sepatu dan efek psikisnya yang kurasa mulai menggangguku justru setelah aku mulai berani memakai motor lagi. Aku memang tidak mau bermanja-manja, Operasi secar saja, hanya aku pakai bedrest 3 hari sudah termasuk turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas ringan. Apalagi hanya sakit dikaki.
Aku kembali ke sekolah, mengurus awal kuliah lagi di kampus dan aktivitas lain dengan membawa motor sendiri. Banyak orang yang terheran-heran karena aku sudah berani memakai motor, tapi tidak pernah ada yang tahu bahwa aku justru terheran-heran dengan kondisi psikisku yang mulai kacau. Setiap malam sekitar jam 2 aku mengigau, ketakutan dan terbangun. Aku seperti diharuskan mengulas lagi detik-detik terrible day itu. Aku seperti mengulangi lagi dengan nyata kejadiannya. Dan pada saat mengendarai motor, aku sering terkaget-kaget saat disalib orang, atau ada suara rem yang berdencit keras, atau ada orang yang tiba –tiba berbelok didepan padahal jaraknya masih sekitar 3 meter’an.
Aku bisa tiba-tiba berhenti dipinggir jalan dengan rasa takut hingga keringat dingin.
Biasanya jarak rumah ke sekolah aku tempuh paling lama 20 menit, sekarang bisa lebih dari 40 menit. Dan aku tidak berani memboncengkan orang lain.
Aku tidak mengerti kenapa aku pernah melalui accident2 yang lebih hebat tapi efeknya tidak separah ini. Aku merasa perlu ditolong dan rasa “takut” itu sangat “bukan diriku”.
Disalah satu kegiatan, aku bertemu kembali dengan Romo Anselmus. Sekarang kami sering berkomunikasi by sms. Aku sempat curhat ke beliau, dan beliau menyarankan aku untuk mencoba ke pskiater. Karena trauma kecelakaan seperti ini bisa berkembang tidak baik, dan psikiater akan membantu memetakan masalah. Beliau pernah bercerita tentang rekannya yang menjadi kurban tsunami, dia memerlukan waktu 1 th untuk kembali normal, itupun dengan pendampingan psikiater.
Aku tersenyum saja menanggapi Romo. Aku kan hanya kecelakaan biasa, yang sakit juga hanya ujung kakiku, aku tidak perlu menggunakan alat bantu. Aku bukan kurban tsunami atau teror bom. Tapi aku mulai bertanya-tanya perlukah aku to do something after the terrible day???? help me friend...
Pk 12.25 WITENG, bel sekolah berbunyi, bergegas aku bubarkan anak didikku, dan langsung menyandang tas, karena meja kerja sudah kubereskan sebelumnya, setengah berlari aku menuju motorku untuk keinginan segera pulang dan bertemu dengan dua kecilku di rumah. Entah kenapa siang itu aku kangeeeen sekali dengan mereka. Tapi tidak seperti biasa, disiang dengan matahari terik itu, aku mengenakan jaket tebal dan mengencangkan ikatan helmku. Tidak ada firasat apapun, meski kangen berat dengan anak-anak, aku tidak ngebut dengan motorku, aku justru kontrol sekali dengan gas dan berjalan dengan kecepatan 25km/jam dan selalu berada dibahu jalan yang tepat. Traffic begitu padat, karena memang jam pulang anak sekolah.
Dalam hitungan detik, aku sempat memperhatikan motor merah dari arah berlawanan dan dibahu jalan yang berlawanan berjalan oleng, dan ….Braaaaakkk ! aku tidak sempat menginjak rem ataupun membanting stir. Tiba-tiba saja “Blugg” aku terjatuh dengan keras meralas pantat sebelah kiri, dan darah menggenang dari kaki kananku. Serta merta kuraba seluruh badanku dan membuat tanda salib …”Ah…Tuhan…Aku tidak apa-apa” begitu gumanku diantara kata “aduhh” menahan perih tak terkira dari kaki kananku. Badanku mulai tremmor imbas dari bantingan keras, tapi aku segera sadar dan mencari penyebabnya, tanpa mengindahkan keadaanku, aku mencari-cari motor merah yang tadi menghantam keras motorku dari sebelah kanan. Aku melihat motor merah dengan pengemudinya yang bangun dari jatuhnya dan siap menunggang kembali motornya. Spontan aku berteriak meminta orang-orang menahannya, sementara seorang bapak, tukang bangunan, yang akhirnya kuketahui bernama Pak Simon, menenangkan aku dan menekan kaki kananku untuk tidak bergerak, takutnya patah tulangnya.
“buk…” satu pukulan hebat melayang di pipi kanan sipengendara motor merah. Kunci kontak si merah segera berpindah tangan ke orang yang lain, dan aku tidak lagi memperhatikannya, Pak simon dengan 3 temannya, segera mengajak teman-teman nya yang lain mengangkat badanku yang super berat ini, menyebrang jalan dan memasukkan aku ke dalam bemo yang mereka hentikan paksa. Pak Simon memegangku dari belakang, mengangkat setengah badanku. Ugh…kuat sekali Bapak ini….pikirku
Didalam bemo, sambil terus mengaduh, aku mengambil Hp disaku tas dan menelpon suamiku.
“Papa, segera ke RS Wirasakti, mama ada disruduk orang gila !”
Sampai di RS, aku langsung didorong ke Ruang bedah.
Tremmorku masih berlangsung, nyeri di ujung kakiku makin terasa karena angin yang kencang menerpa koridor RS.
“Suster, Dr…tolong segera ibu ini, darah sudah keluar terlalu banyak !” seru pak Simon sambil menarik lengan perawat yang ada diruangan itu
“Iya pak, sabar, Dr segera datang, “
“Tapi Sr bisa kan bersihkan luka dulu, atau tangani sebisanya dulu” kata Pak Simon lebih keras
“Sabar-sabar pak, saya memang mau tangani, tapi lampu mati nih, panas dan gelap, bapak mengerti kan?”
Jawaban perawat itu membuat pak Simon kesal, apalagi aku terus mengaduh, meski tak bersuara.
Tiba2 aku mendengar suara Dr Rusli, Dr yang pernah menangani aku waktu terdeteksi usus buntu beberapa waktu lalu.
“Dr… tolong beta, tolong beri obat penghilang rasa sakit, atau apa kek, biar tremor saya berhenti dulu.” Seruku mengiba
“Lho, kamu? Ada apa ini” jawab Dr Rusli yang saat itu sedang tidak bertugas, dia memakai celana pendek dan tshirt saja.
“Ini Dok, ditabrak orang gila,”
Suhu tubuhku semakin memanas, tapi aku merasa kedinginan luar biasa, Dr segera memerintahkan perawat-perawatnya menanganiku. Aku menjadi lebih tenang melihat suamiku, Ita dan Wira (teman kerjaku) dan juga Benni (adik iparku) berada diruang itu.
Suamiku tampak dengan mata berkaca-kaca. Dia memang tidak bisa melihat luka/darah dan kalau ada kejadian akan lebih panic daripada aku. Aku justru hampir menangis ketika Wira menenangkan aku, bukan banyak bertanya…aku terharu dengan perhatian mereka.
Tibatiba aku berteriak karena perawat menyuntikkan anestesi tepat ditengah luka dan rasanya seperti menusuk tulang.
“Augh…Dr Rusli tolong beta,”teriakku. Saya sudah 2 x operasi cesar, tapi anestesi tidak sesakit ini.keluhku
Dr Rusli menyeruak diantara 3 perawatnya, “Wah sorry, dia baru lulus sih, jadi belum lihai” kata Dr Rusli sambil mengambil lagi 1 suntikan dan dengan tangannya sendiri menyuntik bagian kiri telapak kakiku. Dalam hitungan detik, sampai di pahaku sudah tidak terasa lagi, tremmor juga berhenti, suhu tubuhku mulai menghangat, dan aku lebih tenang.
Tiba-tiba seorang bapak mendekatiku, “Bu, ini no telp toko dan hp saya, motor ibu ada kami amankan, si penabrak jg masih kami amankan disana”
Bapak ini tidak tahu kalau ada suamiku disitu, kemudian aku serahkan dia pada suamiku, dan suamiku mengurus ke toko Bapak itu.
Dari cerita suamiku, orang ini bersikeras tidak merasa bersalah, sehingga orang-orang mendesak untuk menyerahkannya pada polisi. Akhirnya suamiku serahkan kasusnya pada polisi.
Seminggu, Dua Minggu, Tiga minggu….luka dikakiku mulai sembuh, tapi terasa begitu lambat. Kami rajin kontrol ke Dr, dan kami sempat kaget karena aku yang biasanya selalu hypotensi, sekarang menjadi hypertensi. Tensiku biasanya berkisar 80-90/90 menjadi 150/100 !!! wow
Selama sakit, aku sempat 2 minggu cuti kerja. Jalan menggunakan kursi, kemudian menggunakan kruk, sampai terus sambil meringis mencoba melatih kakiku berjalan tanpa bantuan. Luka dijahit lebih dari 10 jahitan sebenarnya bukan hal baru untuk kakiku, apalagi kaki kananku, beberapa tahun lalu, aku terpaksa 2 minggu menggunakan 2 kruk untuk berjalan karena kecelakaan, dengan kaki dijahit dan tempurung lutut yang bergeser. Tapi sekarang sepertinya bodiku sudah sangat berubah. Mungkin setelah 2x melahirkan, perempuan memang sudah turun mesin.
Aku merasa sakit yang begitu lama, kesembuhan yang begitu lambat, bukan hanya rasa nyeri di kaki yang membuatku tersiksa, bentuknya yang sudah cacat, sulit menggunakan sepatu dan efek psikisnya yang kurasa mulai menggangguku justru setelah aku mulai berani memakai motor lagi. Aku memang tidak mau bermanja-manja, Operasi secar saja, hanya aku pakai bedrest 3 hari sudah termasuk turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas ringan. Apalagi hanya sakit dikaki.
Aku kembali ke sekolah, mengurus awal kuliah lagi di kampus dan aktivitas lain dengan membawa motor sendiri. Banyak orang yang terheran-heran karena aku sudah berani memakai motor, tapi tidak pernah ada yang tahu bahwa aku justru terheran-heran dengan kondisi psikisku yang mulai kacau. Setiap malam sekitar jam 2 aku mengigau, ketakutan dan terbangun. Aku seperti diharuskan mengulas lagi detik-detik terrible day itu. Aku seperti mengulangi lagi dengan nyata kejadiannya. Dan pada saat mengendarai motor, aku sering terkaget-kaget saat disalib orang, atau ada suara rem yang berdencit keras, atau ada orang yang tiba –tiba berbelok didepan padahal jaraknya masih sekitar 3 meter’an.
Aku bisa tiba-tiba berhenti dipinggir jalan dengan rasa takut hingga keringat dingin.
Biasanya jarak rumah ke sekolah aku tempuh paling lama 20 menit, sekarang bisa lebih dari 40 menit. Dan aku tidak berani memboncengkan orang lain.
Aku tidak mengerti kenapa aku pernah melalui accident2 yang lebih hebat tapi efeknya tidak separah ini. Aku merasa perlu ditolong dan rasa “takut” itu sangat “bukan diriku”.
Disalah satu kegiatan, aku bertemu kembali dengan Romo Anselmus. Sekarang kami sering berkomunikasi by sms. Aku sempat curhat ke beliau, dan beliau menyarankan aku untuk mencoba ke pskiater. Karena trauma kecelakaan seperti ini bisa berkembang tidak baik, dan psikiater akan membantu memetakan masalah. Beliau pernah bercerita tentang rekannya yang menjadi kurban tsunami, dia memerlukan waktu 1 th untuk kembali normal, itupun dengan pendampingan psikiater.
Aku tersenyum saja menanggapi Romo. Aku kan hanya kecelakaan biasa, yang sakit juga hanya ujung kakiku, aku tidak perlu menggunakan alat bantu. Aku bukan kurban tsunami atau teror bom. Tapi aku mulai bertanya-tanya perlukah aku to do something after the terrible day???? help me friend...
Kamis, 09 September 2010
One year older
Thank you God, for giving me another year to grow
It's a day like any other day, except that I'm one year older
Grateful with all the friends I have
What a bless having my family taking care of me
I'm just an ordinary girl but it's so much blessing I have
Still have many dreams to fullfil
but if You give me strenght O Lord
with Your will, my way will be easy
doing this way of Yours is like cooking
I want to try but sometimes I get scared when I see the recipe
but when I decide to do it, it's finally not that tough
You always give me strenght
bless are my family & friends who pray for me
cause without their prayer
I won't never reach my way today
I won't never reach my goal tomorrow
Happy Birthday for Me and my lovely husband
August'30 / Sept'02
It's a day like any other day, except that I'm one year older
Grateful with all the friends I have
What a bless having my family taking care of me
I'm just an ordinary girl but it's so much blessing I have
Still have many dreams to fullfil
but if You give me strenght O Lord
with Your will, my way will be easy
doing this way of Yours is like cooking
I want to try but sometimes I get scared when I see the recipe
but when I decide to do it, it's finally not that tough
You always give me strenght
bless are my family & friends who pray for me
cause without their prayer
I won't never reach my way today
I won't never reach my goal tomorrow
Happy Birthday for Me and my lovely husband
August'30 / Sept'02
Minggu, 15 Agustus 2010
Aku mengingatmu
Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingatmu....FILIPI 1:3
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau pernah menyakitiku
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau membuatku berani mengartikan cinta
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau Tuhan jadikan percobaanku
hingga kini....
Aku selalu mengucap syukur kepada Allahku, karena kau pernah hadir di hidupku
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau pernah menyakitiku
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau membuatku berani mengartikan cinta
Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena kau Tuhan jadikan percobaanku
hingga kini....
Aku selalu mengucap syukur kepada Allahku, karena kau pernah hadir di hidupku
Sabtu, 14 Agustus 2010
Surat dari ayahku dihari pengucapan syukur
Hari Pengucapan syukur, 20 Oktober 2010
Kepada anak-anakku, juga cucu-cucuku tercinta…
Seratus tahun dari sekarang, tidak menjadi masalah mobil apa yang akan kukendarai, rumah seperti apa yang kutinggali, berapa banyak uang dalam tabunganku ataupun pakaian seperti apa yang kukenakan…
Tetapi seratus tahun dari sekarang, dunia mungkin akan menjadi sedikit lebih baik karena meski sedikit, aku pernah menjadi seorang yang penting bagi kalian…
Semoga kalian akan tetap selalu terjaga dan dapat melihat bahwa tahun-tahun berlalu hanya dalam satu tarikan nafas, dan hidup sungguh tak terduga,
Sampai pada suatu saat nanti kita sekeluarga akan berkumpul dan merayakan kehidupan. Mengenang saat-saat kalian memaksaku merasakan pizza hut dan hoka-hoka bento, sementara aku hanya suka sate ayam dan soto.Mengenang saat-saat kalian menyemangatiku dengan keceriaan ketika aku terpuruk oleh kepergian seorang istimewa yang pernah melahirkan kalian.Masa-masa yang kita nikmati bersama selama bertahun-tahun, dan masing-masing masa itu merupakan waktu yang begitu berharga. Saat kita dekat, dan saat kita berbeda pendapat.
Membalik lembaran kehidupan kepada kehidupan babak baru tidaklah mudah, Sebagian dari diriku meronta ingin kembali kedalam kehidupan bersama kalian, membetulkan yang salah dan mempermanis yang indah. Hidupku yang begitu indah karena keberadaan kalian, akan menjadi kisah yang menakjubkan yang ditulis untukku, tapi kisah hidupku ditulis oleh Sang Penulis kehidupan. Dan aku tak boleh dan bahkan tak bisa menghindarinya.
Telah seribu hari lamanya, Aku tak lagi dapat menjaga kalian, tapi aku begitu bahagia pernah menjaga kalian dari sejak berusia nol hari samapi sekian lama, malaikat pribadi telah membantuku menjaga kalian semua, aku hanya bisa menguatkan kalian dengan doa-doaku, memberkati dengan kasihku dan mendukung dengan hatiku. Ini akan mengawali hariku yang panjang….dan aku akan menikmati setiap detiknya. Beberapa hal memang tak dapat dipahami dengan pikiran, tapi dapat diyakini dalam hati. Kini, meski tak dapat merengkuh kalian dalam pelukan, aku memiliki tempat yang cukup tenang untuk mendengarkan Tuhan berbicara
Dihari pengucapan syukur ini, aku tak bersama kalian, tapi yakinlah bahwa jiwa dan hatiku ada bersama kalian. Aku yakin, suatu saat kalian dapat membuatku bangga pernah menjadi ayah. Kiranya berkatNya selalu menyertai kalian
Yang selalu sayang,
Ayahmu….
Kepada anak-anakku, juga cucu-cucuku tercinta…
Seratus tahun dari sekarang, tidak menjadi masalah mobil apa yang akan kukendarai, rumah seperti apa yang kutinggali, berapa banyak uang dalam tabunganku ataupun pakaian seperti apa yang kukenakan…
Tetapi seratus tahun dari sekarang, dunia mungkin akan menjadi sedikit lebih baik karena meski sedikit, aku pernah menjadi seorang yang penting bagi kalian…
Semoga kalian akan tetap selalu terjaga dan dapat melihat bahwa tahun-tahun berlalu hanya dalam satu tarikan nafas, dan hidup sungguh tak terduga,
Sampai pada suatu saat nanti kita sekeluarga akan berkumpul dan merayakan kehidupan. Mengenang saat-saat kalian memaksaku merasakan pizza hut dan hoka-hoka bento, sementara aku hanya suka sate ayam dan soto.Mengenang saat-saat kalian menyemangatiku dengan keceriaan ketika aku terpuruk oleh kepergian seorang istimewa yang pernah melahirkan kalian.Masa-masa yang kita nikmati bersama selama bertahun-tahun, dan masing-masing masa itu merupakan waktu yang begitu berharga. Saat kita dekat, dan saat kita berbeda pendapat.
Membalik lembaran kehidupan kepada kehidupan babak baru tidaklah mudah, Sebagian dari diriku meronta ingin kembali kedalam kehidupan bersama kalian, membetulkan yang salah dan mempermanis yang indah. Hidupku yang begitu indah karena keberadaan kalian, akan menjadi kisah yang menakjubkan yang ditulis untukku, tapi kisah hidupku ditulis oleh Sang Penulis kehidupan. Dan aku tak boleh dan bahkan tak bisa menghindarinya.
Telah seribu hari lamanya, Aku tak lagi dapat menjaga kalian, tapi aku begitu bahagia pernah menjaga kalian dari sejak berusia nol hari samapi sekian lama, malaikat pribadi telah membantuku menjaga kalian semua, aku hanya bisa menguatkan kalian dengan doa-doaku, memberkati dengan kasihku dan mendukung dengan hatiku. Ini akan mengawali hariku yang panjang….dan aku akan menikmati setiap detiknya. Beberapa hal memang tak dapat dipahami dengan pikiran, tapi dapat diyakini dalam hati. Kini, meski tak dapat merengkuh kalian dalam pelukan, aku memiliki tempat yang cukup tenang untuk mendengarkan Tuhan berbicara
Dihari pengucapan syukur ini, aku tak bersama kalian, tapi yakinlah bahwa jiwa dan hatiku ada bersama kalian. Aku yakin, suatu saat kalian dapat membuatku bangga pernah menjadi ayah. Kiranya berkatNya selalu menyertai kalian
Yang selalu sayang,
Ayahmu….
Selasa, 06 Juli 2010
Happy Mother's day everyday
Banyak cerita seru disaat menjalani kehamilan. Yang paling seru dan cukup menggebu-gebu bila diceritakan kembali adalah soal efek samping yang terjadi pada tubuh kita : kulit bercak-bercak, hidung membesar, rambut lepek dan berminyak, kaki kram dan bengkak, pinggang linu…dan sebagainya.
Cerita soal efek samping, mengalami 2 x kehamilan, ada-ada saja yang saya alami…bawaan bayi…orang bilang…tapi saya kok gak percaya yang begituan. Kalaupun terjadi ya memang efek dari kehamilan itu, bukan bayi yang suruh. Kehamilan I ku tidak begitu berefek padaku, mungkin memang karena sudah sangat diharapkan dan dipersiapkan. Ngidam juga tidak, Cuma sedikit gaya hidup yang jadi berubah, pengennya makan di luar terus, tidak mau makan di rumah, selain itu biasa-biasa saja, bahkan saya menikmati sekali, hamil sampai 9 bulan, tetap naik motor ke tempat kerja dan memakai high heels…ck..ck…ck
Tapi di kehamilan ke II, yang orang jawa bilang “kesundulan” karena kakak baru 1 th pas, adik sudah nongol di rahim, membuat saya agak kalang kabut. Saya belum siap segalanya, belum siap fisik, psikis dan materi. Yang paling saya takutkan adalah saya tidak mampu membagi perhatian untuk 2 anak, sedangkan saya baru seneng-senengnya perhatikan kakak. Praktis, 9 bulan saya jalani semaunya, sedikit stress, gila kerja dan just go on… makan juga tidak saya perhatikan, pokoknya semaunya, bahkan sering ngomel dg baby diperut. Belum lagi efek samping yang harus saya tanggung, kaki kram, pinggang nyeri dan yang paling gila adalah…kepala saya penuh dengan kutu …!!!! Ouch…sangat menjengkelkan….saya menyalahkan baby di perut, “gara-gara ade nih, mama jadi malu karena berkutu!” hardikku berulang-ulang. Apalagi saya tahu kalau berkutu justru dari teman kerja yang tidak sengaja melihat anak kutu yang berderet rapi sejajar jepit rambut yang saya sematkan di rambut. Kalang kabut, tanya sana-sini, akhirnya jatuh pilihan pada obat kutu yang beli di toko obat cina. Si Engkoh meyakinkan bahwa 1 botol cukup digunakan 2 x dana kan langsung hilang, baunya pun wangi, tidak seperti obat kutu lain… berbekal yakin, saya gunakan obat cap jempol itu sesuai petunjuk di Engkoh…dan syukurlah…tidak perlu 2x pakai kutu-kutu benar-benar mati kutu, anak cucunya pun sudah menjadi “gabuk” semua, tinggal rajin cuci rambut saja agar mereka terkuburkan.
Efek samping ibu hamil yang sering terjadi adalah kaki bengkak, terutama di trimester terakhir. Biacara soal kaki bengkak ini, saya justru menjadikannya lelucon.Saya memang memiliki kelebihan : kelebihan berat badan. Dari kecil saya sudah memiliki shape budiman (bulat dimana-mana). Sampai betispun bentuknya bulat berisi menggemaskan….xixixi….
Keuntungannya, pada saat hamil sampai trimester ketigapun, posisi berjalan saya juga biasa, tetap gesit, dengan high heels (karena dg flat saya tidak PD), tetap naik motor dan tidak tampak payah seperti ibu hamil yang lain, karena body saya sudah terbiasa dengan beban berat, termasuk betis yang bulat.
Tak jarang, di ruang tunggu Dokter Dewa, Dr kandungan paling ngetop di kota ini, ibu-ibu hamil yang lain memberi tempat duduk dan menasehatiku soal kaki bengkak (atau tepatnya : kaki yangkelihatan bengkak itu).
“Bu, kurangi yg manis-manis bu, biar ga tambah besar, nanti susah melahirkan”
“Kalau duduk kaki diangkat bu, biar tidak tambah bengkak”
“Jangan terlalu garam ya bu, kaki sudah bengkak tuh”
“Ibu hamil kembar ya?”
Teguran atau nasehat-nasehat itu sering membuat suamiku tersenyum…atau mungkin malu…
Tapi saya yang memang extrovert ya ngakak saja “Ibu-ibu…kaki saya mah, hamil-ga hamil yang menggemaskan begini,sudah dari sononya…” jawabku sambil tertawa yang juga disambut tertawa mereka…atau mungkin heran ada orang ke PD an.
Setelah melewati proses kehamilan, melahirkan (yang ga kalah heboh) dan sekarnag saya tengah melewati proses membesarkan anak-anak.
Saya menjadi semakin paham, betapa kita para ibu ini mendapat karunia luar biasa dari Tuhan. Dalam perut kita bisa tumbuh sebah kehidupan baru, tubuh kita mampu melenting membawa si kecil didalam perut selama 9 bulan dan tetap bisa seimbang dengan gravitasi bumi. Dan saya sangat salut pada ibu-ibu yang dapat melahirkan normal (karena saya 2x hamil dan 2x sectio caesar), pada kelahiran normal, si baby bisa meluncur dengan indahnya dari vagina yang begitu flexibel. Begitu juga moment-moment menyusui, mengajarinya berjalan, mengajarinya makan….wow…kekuatan ibu memang maha dahsyat !
Maka tidak ada yang lebih berharga dari menjaga karunia itu.
Mom, tetaplah sehat…dan kuat…, karena modal itu adalah investasi kita untuk bisa terus mendampingi dan bersama anak-anak, melihatnya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang membahagiakan.
Happy Mother’s day…everyday…
Cerita soal efek samping, mengalami 2 x kehamilan, ada-ada saja yang saya alami…bawaan bayi…orang bilang…tapi saya kok gak percaya yang begituan. Kalaupun terjadi ya memang efek dari kehamilan itu, bukan bayi yang suruh. Kehamilan I ku tidak begitu berefek padaku, mungkin memang karena sudah sangat diharapkan dan dipersiapkan. Ngidam juga tidak, Cuma sedikit gaya hidup yang jadi berubah, pengennya makan di luar terus, tidak mau makan di rumah, selain itu biasa-biasa saja, bahkan saya menikmati sekali, hamil sampai 9 bulan, tetap naik motor ke tempat kerja dan memakai high heels…ck..ck…ck
Tapi di kehamilan ke II, yang orang jawa bilang “kesundulan” karena kakak baru 1 th pas, adik sudah nongol di rahim, membuat saya agak kalang kabut. Saya belum siap segalanya, belum siap fisik, psikis dan materi. Yang paling saya takutkan adalah saya tidak mampu membagi perhatian untuk 2 anak, sedangkan saya baru seneng-senengnya perhatikan kakak. Praktis, 9 bulan saya jalani semaunya, sedikit stress, gila kerja dan just go on… makan juga tidak saya perhatikan, pokoknya semaunya, bahkan sering ngomel dg baby diperut. Belum lagi efek samping yang harus saya tanggung, kaki kram, pinggang nyeri dan yang paling gila adalah…kepala saya penuh dengan kutu …!!!! Ouch…sangat menjengkelkan….saya menyalahkan baby di perut, “gara-gara ade nih, mama jadi malu karena berkutu!” hardikku berulang-ulang. Apalagi saya tahu kalau berkutu justru dari teman kerja yang tidak sengaja melihat anak kutu yang berderet rapi sejajar jepit rambut yang saya sematkan di rambut. Kalang kabut, tanya sana-sini, akhirnya jatuh pilihan pada obat kutu yang beli di toko obat cina. Si Engkoh meyakinkan bahwa 1 botol cukup digunakan 2 x dana kan langsung hilang, baunya pun wangi, tidak seperti obat kutu lain… berbekal yakin, saya gunakan obat cap jempol itu sesuai petunjuk di Engkoh…dan syukurlah…tidak perlu 2x pakai kutu-kutu benar-benar mati kutu, anak cucunya pun sudah menjadi “gabuk” semua, tinggal rajin cuci rambut saja agar mereka terkuburkan.
Efek samping ibu hamil yang sering terjadi adalah kaki bengkak, terutama di trimester terakhir. Biacara soal kaki bengkak ini, saya justru menjadikannya lelucon.Saya memang memiliki kelebihan : kelebihan berat badan. Dari kecil saya sudah memiliki shape budiman (bulat dimana-mana). Sampai betispun bentuknya bulat berisi menggemaskan….xixixi….
Keuntungannya, pada saat hamil sampai trimester ketigapun, posisi berjalan saya juga biasa, tetap gesit, dengan high heels (karena dg flat saya tidak PD), tetap naik motor dan tidak tampak payah seperti ibu hamil yang lain, karena body saya sudah terbiasa dengan beban berat, termasuk betis yang bulat.
Tak jarang, di ruang tunggu Dokter Dewa, Dr kandungan paling ngetop di kota ini, ibu-ibu hamil yang lain memberi tempat duduk dan menasehatiku soal kaki bengkak (atau tepatnya : kaki yangkelihatan bengkak itu).
“Bu, kurangi yg manis-manis bu, biar ga tambah besar, nanti susah melahirkan”
“Kalau duduk kaki diangkat bu, biar tidak tambah bengkak”
“Jangan terlalu garam ya bu, kaki sudah bengkak tuh”
“Ibu hamil kembar ya?”
Teguran atau nasehat-nasehat itu sering membuat suamiku tersenyum…atau mungkin malu…
Tapi saya yang memang extrovert ya ngakak saja “Ibu-ibu…kaki saya mah, hamil-ga hamil yang menggemaskan begini,sudah dari sononya…” jawabku sambil tertawa yang juga disambut tertawa mereka…atau mungkin heran ada orang ke PD an.
Setelah melewati proses kehamilan, melahirkan (yang ga kalah heboh) dan sekarnag saya tengah melewati proses membesarkan anak-anak.
Saya menjadi semakin paham, betapa kita para ibu ini mendapat karunia luar biasa dari Tuhan. Dalam perut kita bisa tumbuh sebah kehidupan baru, tubuh kita mampu melenting membawa si kecil didalam perut selama 9 bulan dan tetap bisa seimbang dengan gravitasi bumi. Dan saya sangat salut pada ibu-ibu yang dapat melahirkan normal (karena saya 2x hamil dan 2x sectio caesar), pada kelahiran normal, si baby bisa meluncur dengan indahnya dari vagina yang begitu flexibel. Begitu juga moment-moment menyusui, mengajarinya berjalan, mengajarinya makan….wow…kekuatan ibu memang maha dahsyat !
Maka tidak ada yang lebih berharga dari menjaga karunia itu.
Mom, tetaplah sehat…dan kuat…, karena modal itu adalah investasi kita untuk bisa terus mendampingi dan bersama anak-anak, melihatnya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang membahagiakan.
Happy Mother’s day…everyday…
Senin, 05 Juli 2010
day by day
kebiasaan saya di usia 20-an, selalu rajin bahkan mensakralkan kebiasaan menulis resolusi, evaluasi, pengharapan dan impian, Tahun baru kali ini saya tak berbekalkan apa-apa. Tak ada resolusi, tak ingin mengevaluasi. Harapan dan impian, yang biasanya kita bawa layaknya tongkat estafet dalam pacuan panjang bernama hidup , kali ini bahkan absen dari tangan saya. Cengkeraman jemari saya rasanya tak cukup kuat untuk itu. Bukannya kedua hal itu tak ada, tapi malas rasanya menggenggam. Yang ada hanyalah langkah demi langkah kaki di jalanan berbatu, bertemankan suara gesekan ilalang dan terik matahari yang kian menggigit tengkuk.
Akhirnya saya mendapatkan sebuah ‘pesan’. Terlepas dari kepercayaan kita pada sosok Tuhan personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita. Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran ‘sesuatu’ itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas. Tangan kita kembali kosong. ‘Sesuatu’ itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam. Lama atau sekejap kita didekap, selama perjalanan ini belum usai, tak urung kita akan kembali melangkah. Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan.
saya merenungi ‘batu-batu’ yang selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. hidup adalah siklus berputar dalam satu pusaranJalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana yang akan saya lepas sesudah ini. Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa melepaskan semua yang selama ini erat digenggam.
Sekalipun tahun baru ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang mengiringi langkah saya. Jika batu dalam genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika perjalanan ini belum usai, maka kaki ini—meski lelah dan penat—akan kembali terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya.
Sedikit batu atau banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan.
hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama biasanya dengan hari-hari lain.
Akhirnya saya mendapatkan sebuah ‘pesan’. Terlepas dari kepercayaan kita pada sosok Tuhan personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita. Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran ‘sesuatu’ itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas. Tangan kita kembali kosong. ‘Sesuatu’ itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam. Lama atau sekejap kita didekap, selama perjalanan ini belum usai, tak urung kita akan kembali melangkah. Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan.
saya merenungi ‘batu-batu’ yang selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. hidup adalah siklus berputar dalam satu pusaranJalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana yang akan saya lepas sesudah ini. Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa melepaskan semua yang selama ini erat digenggam.
Sekalipun tahun baru ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang mengiringi langkah saya. Jika batu dalam genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika perjalanan ini belum usai, maka kaki ini—meski lelah dan penat—akan kembali terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya.
Sedikit batu atau banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan.
hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama biasanya dengan hari-hari lain.
Jumat, 02 Juli 2010
In my mind to action
Sekarang ini adalah masa dimana aku harus belajar tampil cerdas, tampil pandai dan terdidik dan tampil bijak. Karena yang berhasil tampil pandai, tetapi membuat orang lain merasa direndahkan, adalah orang pandai yang belum belajar bijak.
terkadang aku menilai dari apa yang aku pikir bisa aku lakukan, sedang orang lain menilai diriku dari apa yang sudah aku lakukan.
akan selalu ada hal yang berubah dari keadaannya sekarang. Dari sesuatu yang tidak menjadi masalah, bisa berubah menjadi sebuah sumber masalah yang besar.
aku ingin selalu mengatakan : tidak ada rasa sakit di hati ini – yang bisa menjadikanku lemah.
mereka yang benar-benar besar – tidak akan pernah mengecilkan orang lain. Dan mereka yang kecil, tidak akan tulus membiarkan orang lain menjadi besar. Bila aku dikecilkan, itu pasti oleh orang kecil. Dan hanya orang kecil yang sakit bila disakiti oleh orang kecil.
Bila aku menemukan seseorang yang aku anggap mengerti tetapi yang tetap bersikap dan berlaku buruk, terhadapnya tugasku hanyalah menyampaikan kebenaran. Alam-lah yang akan menetapkan kepantasannya untuk menerima kebaikan atau tetap terbutakan dalam kedengkiannya.
Dan , dengan damai, akan aku katakan :
"Bila aku tidak mampu mendatangkan perubahan , akan aku gunakan talentaku untuk menerima dan berserah kepada Dia, yang pilihan-Nya selalu yang terbaik bagiku"
akan selalu tersedia cara-cara untuk menyelesaikan masalah bagi orang yang mencari. Penguasa Alam ini bahkan demikian permisive-nya, sampai-sampai orang yang tidak mencari dan tidak meminta, ditunjukkan jalan keluar. Apalagi kita , yang mencari dan meminta.
“Mintalah maka kamu akan diberi”……………
terkadang aku menilai dari apa yang aku pikir bisa aku lakukan, sedang orang lain menilai diriku dari apa yang sudah aku lakukan.
akan selalu ada hal yang berubah dari keadaannya sekarang. Dari sesuatu yang tidak menjadi masalah, bisa berubah menjadi sebuah sumber masalah yang besar.
aku ingin selalu mengatakan : tidak ada rasa sakit di hati ini – yang bisa menjadikanku lemah.
mereka yang benar-benar besar – tidak akan pernah mengecilkan orang lain. Dan mereka yang kecil, tidak akan tulus membiarkan orang lain menjadi besar. Bila aku dikecilkan, itu pasti oleh orang kecil. Dan hanya orang kecil yang sakit bila disakiti oleh orang kecil.
Bila aku menemukan seseorang yang aku anggap mengerti tetapi yang tetap bersikap dan berlaku buruk, terhadapnya tugasku hanyalah menyampaikan kebenaran. Alam-lah yang akan menetapkan kepantasannya untuk menerima kebaikan atau tetap terbutakan dalam kedengkiannya.
Dan , dengan damai, akan aku katakan :
"Bila aku tidak mampu mendatangkan perubahan , akan aku gunakan talentaku untuk menerima dan berserah kepada Dia, yang pilihan-Nya selalu yang terbaik bagiku"
akan selalu tersedia cara-cara untuk menyelesaikan masalah bagi orang yang mencari. Penguasa Alam ini bahkan demikian permisive-nya, sampai-sampai orang yang tidak mencari dan tidak meminta, ditunjukkan jalan keluar. Apalagi kita , yang mencari dan meminta.
“Mintalah maka kamu akan diberi”……………
I have thousands of brothers and sisters to walk from here to heaven.
“To enjoy good health, to bring true happiness to one’s family, to bring peace to all, one must first discipline and control one’s own mind. If a woman can control her mind she can find the way to Enlightenment, and all wisdom and virtue will naturally come to her.”
“A brain is a society of a very small, simple modules that cannot be said to be thinking, that are not smart in themselves. But when you have a network of them together, out of that arises a kind of smartness”
I'm not alone......I'm with you........
“A brain is a society of a very small, simple modules that cannot be said to be thinking, that are not smart in themselves. But when you have a network of them together, out of that arises a kind of smartness”
I'm not alone......I'm with you........
"Pokoknya Minta Naik Gaji!"
Kira-kira, kenapa Anda layak meminta kenaikan gaji? Apakah karena:
Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.
Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.
IKHLAS
Seorang buruh tani, lajang, mengeluh panjang lebar soal hidupnya yg malang. "Enak banget ya jadi raja hidupnya di istana."
Raja suatu hari berjalan-jalan ke desanya dan bertemu dia di sawah. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si buruh tani untuk mengeluh panjang lebar seputar hidupnya. Akhirnya raja mengundangnya ke istana. Buruh tani bersuka cita, tapi sekaligus kecewa karena ternyata raja bukan menjamunya tapi menyuruhnya.
"Bawalah surat ini ke sahabatku, raja di kerajaan di balik gunung."
Berpikir nantinya pasti ada uang imbalan, si buruh tani mengiyakan.
Lelah berjalan, belum sampai balik gunung buruh tani berhenti istirahat di sebuah warung. Ia bercerita dan mengeluh pada si pemilik warung. Pemilik warung kasian padanya, lagi pula pemilik warung demikian hormat pada rajanya. Lalu ia berkata, "Sini, aku saja yg bawain suratnya!"
Buruh tani berkata, "Ya udah nanti kalau dapat imbalan uang kita bagi dua ya."
Pemilik warung bilang, "Gak usah dipikirin lah, aku ikhlas."
Senang, akhirnya buruh tani melenggang pulang dan menghadap raja. Sayangnya raja tidak memberinya uang, walau ia bilang urusannya beres. Dongkol setengah mati, buruh tani pulang dengan tangan hampa.
Sebulan kemudian terdengar berita putri raja di balik gunung itu menikahi orang jelata, yaitu tak lain tak bukan si pemilik warung. Kaget, si buruh tani bertanya pada saudara2 si pemilik warung. Jawabnya, "Oh katanya dia anter surat."
"Terus kenapa memangnya?" tanya buruh tani.
"Isi surat diminta yg bawa surat dinikahi..."
Tepatnya, begini isi suratnya: "Sahabatku yg baik, kamu tentu percaya padaku bukan? Nikahkan putrimu dengan pembawa surat ini, dia sudah berjalan jauh menuju tempatku hanya menunjukkan kesetiaannya padaku. Tentulah dia pria baik2 yg paling pantas untuk putrimu!"
Geram, si buruh tani menghadap raja dan protes.
"Raja, kalau saja tahu isinya begitu, saya sendiri yg akan membawanya."
"Oh, jadi kamu menyuruh orang lain?" tanya raja.
"Ya iyalah, yg penting sampai di tangan sahabat raja kan? Tapi saya kapok, beri saya kesempatan."
Raja berpikir dan mengangguk. Ia menulis surat. "Bawalah surat ini ke temanku di seberang lautan."
Akhirnya dengan semangat buruh tani menerima surat itu dan niat mengantarkannya sendiri ke sahabat raja di seberang lautan. Ia pun mengarungi lautan dan mengayuh sampannya sendiri, sambil membayangkan hidupnya berubah menjadi mantu raja dan mendapat istri yg cantik jelita.
Begitu sampai, ia menunggu. Bukan putri raja yg dia dapat tapi.......
Hehehe, begini isi suratnya:
"Sahabatku, tolong penggal kepala si pembawa surat ini. Ia sudah melanggar perintahku, tidak ada gunanya lagi ia menjadi rakyatku."
So....
kesempatan tidak datang dua kali dan keberuntungan selalu bersama orang2 yg ikhlas bukan?
Raja suatu hari berjalan-jalan ke desanya dan bertemu dia di sawah. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh si buruh tani untuk mengeluh panjang lebar seputar hidupnya. Akhirnya raja mengundangnya ke istana. Buruh tani bersuka cita, tapi sekaligus kecewa karena ternyata raja bukan menjamunya tapi menyuruhnya.
"Bawalah surat ini ke sahabatku, raja di kerajaan di balik gunung."
Berpikir nantinya pasti ada uang imbalan, si buruh tani mengiyakan.
Lelah berjalan, belum sampai balik gunung buruh tani berhenti istirahat di sebuah warung. Ia bercerita dan mengeluh pada si pemilik warung. Pemilik warung kasian padanya, lagi pula pemilik warung demikian hormat pada rajanya. Lalu ia berkata, "Sini, aku saja yg bawain suratnya!"
Buruh tani berkata, "Ya udah nanti kalau dapat imbalan uang kita bagi dua ya."
Pemilik warung bilang, "Gak usah dipikirin lah, aku ikhlas."
Senang, akhirnya buruh tani melenggang pulang dan menghadap raja. Sayangnya raja tidak memberinya uang, walau ia bilang urusannya beres. Dongkol setengah mati, buruh tani pulang dengan tangan hampa.
Sebulan kemudian terdengar berita putri raja di balik gunung itu menikahi orang jelata, yaitu tak lain tak bukan si pemilik warung. Kaget, si buruh tani bertanya pada saudara2 si pemilik warung. Jawabnya, "Oh katanya dia anter surat."
"Terus kenapa memangnya?" tanya buruh tani.
"Isi surat diminta yg bawa surat dinikahi..."
Tepatnya, begini isi suratnya: "Sahabatku yg baik, kamu tentu percaya padaku bukan? Nikahkan putrimu dengan pembawa surat ini, dia sudah berjalan jauh menuju tempatku hanya menunjukkan kesetiaannya padaku. Tentulah dia pria baik2 yg paling pantas untuk putrimu!"
Geram, si buruh tani menghadap raja dan protes.
"Raja, kalau saja tahu isinya begitu, saya sendiri yg akan membawanya."
"Oh, jadi kamu menyuruh orang lain?" tanya raja.
"Ya iyalah, yg penting sampai di tangan sahabat raja kan? Tapi saya kapok, beri saya kesempatan."
Raja berpikir dan mengangguk. Ia menulis surat. "Bawalah surat ini ke temanku di seberang lautan."
Akhirnya dengan semangat buruh tani menerima surat itu dan niat mengantarkannya sendiri ke sahabat raja di seberang lautan. Ia pun mengarungi lautan dan mengayuh sampannya sendiri, sambil membayangkan hidupnya berubah menjadi mantu raja dan mendapat istri yg cantik jelita.
Begitu sampai, ia menunggu. Bukan putri raja yg dia dapat tapi.......
Hehehe, begini isi suratnya:
"Sahabatku, tolong penggal kepala si pembawa surat ini. Ia sudah melanggar perintahku, tidak ada gunanya lagi ia menjadi rakyatku."
So....
kesempatan tidak datang dua kali dan keberuntungan selalu bersama orang2 yg ikhlas bukan?
Kesadaranku di saat teduh
Sahabat, ingat petunjuk emergensi di pesawat ?. Dulu, saya sering bingung, kenapa orang tua disuruh memakai masker oksigen duluan sebelum anaknya. Sekarang saya mengerti, dan setidaknya ini adalah kebenaran bagi saya: kita tidak bisa membahagiakan orang lain sebelum kita sendiri bahagia. Kita harus “penuh” dulu sebelum bisa “memenuhi” orang lain. Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi. Kita tahu betapa banyak orang di luar sana yang bicara bahwa anak harusnya menjadi pengikat, bahkan dasar. Bagi saya, Gege dan Guido bukan tali atau fondasi. Dia adalah anak panah yang akan melesat sendiri satu saat nanti. Tuhan memberikan saya busurnya, menjaga dan mengawasi anak panahnya. Kewajiban utama saya adalah menjadi manusia yang utuh agar saya bisa membagi keutuhan saya dengan mereka
Padahal, kalau direnungi dalam-dalam, sesungguhnya kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk orang lain, meski kita berpikir demikian. Kita berbuat sesuatu karena itulah yang kita anggap benar bagi diri kita sendiri. Dan kebenaran ini sangatlah relatif.Saya selalu merasa “terancam” saat seseorang mengatur atau bahkan mendoktrin saya menjadi seperti yang dia mau. Karena Tuhanpun tidak memperlakukan saya demikian.Bagi saya, mencintai dan menikahi seseorang bukan untuk menjadikannya seperti yang kita mau, tapi dengan cinta yang tidak depensi itu tadi, kita membagi dua. Perhatian, keegoisan kita, pengertian kita, hidup kita, sampai segala hal yang harus kita bagi dua dengannya…
Jadi, untuk anda, sahabat-sahabatku yang masih single, persiapkan dirimu untuk mampu “berbagi” dengan orang lain segala milikmu. Jiwa …raga…semua milikmu.
Jika dunia ini berjalan hanya berdasarkan kesukaan Tuhan, dan Tuhan hanya suka yang baik-baik saja, mengapa kita dibiarkan hidup dengan peperangan, dengan air mata, dengan patah hati, dengan ketidakadilan, dengan kejahatan? Mengapa harus ada hitam bersanding dengan putih? Lantas, kalau ada orang yang kemudian berargumen bahwa bagian hitam bukan jatahnya Tuhan tapi Setan, maka jelas Tuhan yang demikian bukan Yang Maha Kuasa. Ia menjadi terbatas, kerdil, dan sempit.
Bagi saya, Tuhan ada di atas hitam dan putih, sekaligus terjalin di dalam keduanya. Dia memberikan yang terbaik menurut “versiNya” yang belum tentu “enak dan sesuai” dengan versi Kita. Tapi saya percaya…God is Good
Apa pun yang menanti saya sesudah ini, itulah konsekuensi, tanggung jawab, dan karma saya. Pahit atau manis. Tak seorang pun yang tahu. Namun inilah pelajaran hidup yang menjadi jatah saya, dan saya menerimanya dengan senang hati. Saya tidak berdagang dengan Tuhan. Setiap detik dalam hidup adalah hadiah. Setiap momen adalah perkembangan baru. Bagi saya, itu sudah cukup. Bagi saya, itulah bentuk kesadaran.
Padahal, kalau direnungi dalam-dalam, sesungguhnya kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk orang lain, meski kita berpikir demikian. Kita berbuat sesuatu karena itulah yang kita anggap benar bagi diri kita sendiri. Dan kebenaran ini sangatlah relatif.Saya selalu merasa “terancam” saat seseorang mengatur atau bahkan mendoktrin saya menjadi seperti yang dia mau. Karena Tuhanpun tidak memperlakukan saya demikian.Bagi saya, mencintai dan menikahi seseorang bukan untuk menjadikannya seperti yang kita mau, tapi dengan cinta yang tidak depensi itu tadi, kita membagi dua. Perhatian, keegoisan kita, pengertian kita, hidup kita, sampai segala hal yang harus kita bagi dua dengannya…
Jadi, untuk anda, sahabat-sahabatku yang masih single, persiapkan dirimu untuk mampu “berbagi” dengan orang lain segala milikmu. Jiwa …raga…semua milikmu.
Jika dunia ini berjalan hanya berdasarkan kesukaan Tuhan, dan Tuhan hanya suka yang baik-baik saja, mengapa kita dibiarkan hidup dengan peperangan, dengan air mata, dengan patah hati, dengan ketidakadilan, dengan kejahatan? Mengapa harus ada hitam bersanding dengan putih? Lantas, kalau ada orang yang kemudian berargumen bahwa bagian hitam bukan jatahnya Tuhan tapi Setan, maka jelas Tuhan yang demikian bukan Yang Maha Kuasa. Ia menjadi terbatas, kerdil, dan sempit.
Bagi saya, Tuhan ada di atas hitam dan putih, sekaligus terjalin di dalam keduanya. Dia memberikan yang terbaik menurut “versiNya” yang belum tentu “enak dan sesuai” dengan versi Kita. Tapi saya percaya…God is Good
Apa pun yang menanti saya sesudah ini, itulah konsekuensi, tanggung jawab, dan karma saya. Pahit atau manis. Tak seorang pun yang tahu. Namun inilah pelajaran hidup yang menjadi jatah saya, dan saya menerimanya dengan senang hati. Saya tidak berdagang dengan Tuhan. Setiap detik dalam hidup adalah hadiah. Setiap momen adalah perkembangan baru. Bagi saya, itu sudah cukup. Bagi saya, itulah bentuk kesadaran.
Kamis, 01 Juli 2010
George C. Boldt
Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda." Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.
Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".
"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda.
"Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.
~~~
Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik, kemurahan dan ketulusan, dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar dari sikap terbaik tersebut...
Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".
"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda.
"Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.
~~~
Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik, kemurahan dan ketulusan, dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar dari sikap terbaik tersebut...
Let's Go Techno
Manusia purba mungkin harus kerepotan menghapalkan semua tanda-tanda di alam demi bertahan hidup, bisa makan, minum dan berlindung dari bahaya. Manusia modern sungguh kerepotan menghapalkan kombinasi huruf dan angka yang juga menyangkut "hidup-mati". Deretan angka dan huruf memusingkan bernama "password" itu menyangkut jati diri, harta, pekerjaan, keamanan hingga keterhubungan sosial. Begitu banyak password melekat pada diri kita sekarang , seperti password komputer, ATM, Hansphone, Email, akun media sosial, Credit Card, sampai alarm rumah.....inilah DNA era tekhno sekarang ini. Penanda unik yang membedakan kita dengan orang lain. Password yang pas juga dibutuhkan untuk membuka pintu ke masa depan.
Melek Teknologi ! adalah salah satunya. Dunia virtual sudah terlalu "nyata" saat ini. Hanya ada satu pilihan = beradaptasi atau kita menjadi manusia purba yang tersesat dan jalan ditempat !
Go Tekhno...
Melek Teknologi ! adalah salah satunya. Dunia virtual sudah terlalu "nyata" saat ini. Hanya ada satu pilihan = beradaptasi atau kita menjadi manusia purba yang tersesat dan jalan ditempat !
Go Tekhno...
Minggu, 20 Juni 2010
Heaven Knows...who is that
Barangkali cinta…
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.
Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.
Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.
Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.
Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.
Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.
Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.
Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.
Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.
Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.
Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.
Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.
Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.
Catatan tentang buah hatiku
Beberapa hari sebelum kehadiranmu, Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu sebelumnya. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu....nyata....
Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.
Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda, Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.
Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.
Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana aku harus mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.
Sembilan bulan ,...... mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.
Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.
Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk pilihanmu hadir di tengah keluarga mungil ini. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.
Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi.
mengingatmu...sahabatku
Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada
Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa
Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan
Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir
Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana
Friend is such a creation of endless complicated mystery.. we never know what next hours would bring us. Many dimentions of friend's heart just appear as we never guess it..
friend is someone who stands beside u, not in front of u. . .
if u need somebody to talk to, to share laughter and pain,,
i'm not ready if i die tonight, because tomorrow i can't share my all with my friends. .
share our love with them
sometime they're very inspiring, sometime they give us a thoughtful experience,
sometime they decorate colourfully our life but...
sometime they're just so annoying or even irritating, it depends on our perspective. just put it as comfort as we feel;)
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada
Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa
Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan
Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir
Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana
Friend is such a creation of endless complicated mystery.. we never know what next hours would bring us. Many dimentions of friend's heart just appear as we never guess it..
friend is someone who stands beside u, not in front of u. . .
if u need somebody to talk to, to share laughter and pain,,
i'm not ready if i die tonight, because tomorrow i can't share my all with my friends. .
share our love with them
sometime they're very inspiring, sometime they give us a thoughtful experience,
sometime they decorate colourfully our life but...
sometime they're just so annoying or even irritating, it depends on our perspective. just put it as comfort as we feel;)
Langganan:
Postingan (Atom)